PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Demam
tyipoid adalah penyakit
infeksi akut disebabkan oleh kuman Gram Negatif salmonella Typoid. Kuman
tersebut bermultifikasi dalam sel
fagositik mono nuclear dan secara berkelanjutan dilepaskan kealiran darah.
Badan
kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam typoid di seluruh dunia
mencapai 16-600 ribu kematian.
tiap tahunnya,
Deman typoid merupakan penyakit infeksi menahun yang dapat terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam typoid, walaupun gejala yang dialami anak
lebih ringan dari dewasa. Dihampir semua daerah endemik, insiden deman
typoid banyat terjadi pada anak usia 3-9 tahun.
Morbilitas
diseluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600 ribu kematian
dilaporkan tiap tahunnya. Dinegara berkembang, diperkirakan sekitar 150 kasus (juta populasi) 1 tahun di Amaerika
latin. Hingga 1.000 kasus perjuta populasi pertahun dibeberapa Negara asia.
Demam
typoid merupakan masalah global terutama dinegara dengan hygiene buruk.
Etiologi utama di Indonesia adalah salmonella enterika subspecies enterika
serovat typhy (salmonella typhid) dan salmonella enterika subspecies enterika
serovat paratyphi. A.(S. paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi
demam typoid
mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan
pada usia 3-19 tahun, dan angka
mortalitas berpariasi antara 3,1-10,4% pada pasien rawat inap
Di Indonesia tipus abdominalis
terdapat dalam keadaan endemik.
Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun. Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur
diatas 5 tahun.
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti gambaran kasus typus
abdominalis di RumahSakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah
adalah bagaimanakah gambaran kasus tipus abdominalis di Rumah Sakit Umum
Kabanjahe Tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui gambaran kasus
tipus andominalis di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2010.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengatahui disteribusi gambaran kasus tipus abdominalis diRumah Sakit Umum
Kabanjahe Tahun 2010 berdasarkan usia.
b. Untuk
mengatahui disteribusi gambaran kasus tipus abdominalis diRumah Sakit Umum
Kabanjahe Tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin.
D.
Mamfaat
Penelitian
1. Bagi
peneliti
Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kepada peneliti dan dapat menerapkan asuhan keperawatan tentang
tipus abdominalis.
2. Bagi
Intitusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat sebagai
bahan reperensi di Perpustakaan Akper Takasima Kabanjahe dan sebagai bahan
bacaan dalam penelitian di masa yang akan datang mengenai tipus abdominalis.
3. Bagi
Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi petugas
kesehatan Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalm menerapkan asuhan keperawatan pada
kasus tipus abdominalis
4. Bagi
peneliti Berikutnya
Sebagai bahan acuan dalam penelitian berikutnya
menangani kasus tipus abdominalis dengan lebih baik dan optimal.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A.
Defenisi
Tipus
abdominalis (deman typhoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah
salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora.
(ngastiah, 2005:236)
Tipus
abdominalis (demam typhoid) adalah penyakit infeksi yang diawali di selaput
lender usus, dan jika tidak di obati secara progresif menyerbu jaringan
diseluruh tubuh. Kuman penyebabnya ialah salmonella typhi (basil gram-negatif)
yang memasuki tubuh melalui mulut dengan perantaraan makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi. Kuman ini terdapat dalam tinja, kemih, atau darah dan
masa inkubasinya sekitar 10 hari.
(jan Tambayong, 2000:143)
B. Anatomi dan Fisiologi Saluran
Pencernaan

Susunan
saluran pencernaan:
1. Mulut
(oris)
Mulut adalah permukaan saluran
pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian
luar yang sempit atau pestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan
pipi.
b. Bagian
rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan paring
2. varing
(tekak)
merupakan organ yang menghubungkan
rongga mulut dengan kerongkongan di dalam varing terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limpe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi.
3. Esophagus
(kerongkongan )
Merupakan saluran yang
menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya ± 25 cm, mulai dari mulut sampai
pintu masuk kardiak di bawah lambung.
4. Gasret
(lambung)
Merupakan saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah efigaster.
5. Usus
halus (intestinum minor)
Adalah bagian dari system
pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum
panjangnya ± 6 meter, yang terdiri dari:
a. Duodenum
yang disebut usus 12 jari
b. Yeyenum
c. Ileum
6. Usus
besar (intestinum mayor)
Fungsi usus besar terdiri dari:
a. Menyerap
air dan makanan
b. Tempat
tinggal bakteri ecoli
c.
Tempat fases
Usus besar terdiri dari:
a.
Saikum
b. Kolon
assenden
c. Kolon
tranfersum
d. Kolon
desenden
e. Sigmoid
7. Rectum
Terletah di bawah kolon sigmoid
yang menghubungkan intertinum mayor dengan anus.
8. Anus
9. Adalah
bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar.
(syaifuddin, 1997: 87)
C. Etiologi
Deman
tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu salmonella typhi,
salmonella para thyphi A, dan salmonella paratyphi B dan kadang-kadang jenis
salmonella yang lain. Deman yang di sebabkan oleh salmonella typhi cenderung
untuk menjadi lebih berat dari pada bentuk infeksi salmonella yang lain.
Salmonella
merupakan bakteri batang gram negative yang bersifat motif tidak membentuk
spora, dan tidak berkapsul. Organism salmonella tumbuh secara aerob dan mampu
tumbuh secara anaerob falkutatif. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang
dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama
berminggu-minggu dalam sampah, bahkan makanan kering dan tinja.
Salmonella
typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu:
a. Antigen
O=( ohne hauch) yang tidak menyebar.
b. Antigen
H= Hauch (menyebar) terdapat pada pelagella dan bersifat termolabil
c. Antigen
vi: merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindugi antigen O terhadap
pagositosis.
D. Patofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama
makanan/minuman. Setelah berada dalam
usus halus kemudian mengadakan invasi kejaringan limfoid usus halus
(terutama Plak peyer) dan jaringan limfoid messenterika. Setelah menyebabkan
peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limpo masuk ke aliran
darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limpa.
Kuman yang tidak dipagosit akan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga
organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari)
kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh
tubuh terutama pada kedalam kelenjar limpoid usus halus, menimbulkan tukak
berbentuk lomjong di atas plak peyer. Tukat tersebut dapat mengakibatkan
perdarahan dan perporasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan
endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan likal di mana kuman
ini berkembang.
E. Tanda
Dan Gejala
a. Demam,
pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur
baik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu ke dua pasien trus berada dalam keadaan demam,
pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
b. Gangguan
pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah (rageden). Lidah tertutup selaput putih kotor (koated
tongve) ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai dengan tremor, pada
abdomen ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfe membesar disertai nyeri
pada perabaan biasanya sering terjadi kontifasi tetapi juga dapat diare atau
normal.
c. Gangguan
kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya
berat dan tembat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit
yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pada
minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemulan pula bradikardia.
d. Pemeriksaan
diagnostic
-
Darah tapi terdapat gambaran loukimia,
limfosit relative dan aneosinotilia. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana dan
mudah dikerjakan dilaboratorium yang sederhana, tapi hasilnya berguna, untuk
membantu menentukan penyakitnya dengan
cepat adakalanya dilakukan pemeriksaan sumsum tukang (jarang sekali) bila hal
itu dialkukan daerah yang akan
disfungis, dapat pada tibia, perlu dilakukan pembersihan ekstra kemudian
dikompres dengan alcohol.
-
Darah untuk kultur (biakan empedu) dan
midal. Biasakan empedu untuk menentukan salmonella typhosa dan pemeriksaan
widol merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnostic tifus abdominalis
secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap
minggu berikutnya.
-
Biarkan empedu basil salmonella typhosa
dapat ditentukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya
lebih sering ditemukan dalam urine dan feses, dan mungkin akan tetap positif
untuk waktu yang lama. Pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan
untuk menegakkan diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urine dan
feses dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa pasien telah
benar sembuh dan tidak menjadi pembawa kuman (cerrier).
-
Pemeriksaan widol.
(ngastiyah,
2005:238).
F. Komplikasi
1.
Pendarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan
a.
Penurunan tekanan darah dan suhu tubuh.
b. Denyut
nadi bertambah cepat dan kecil.
c. Kulit
pucat.
d. Penderita
mengeluh nyeri perut dan sangat iritabal.
2. Perporasi
usus
Timbul
biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal
ileum.
3.
Periotonitis
Pada umumnya tanda dan gejal yang
sering didapatkan
a.
Nyeri perut hebat.
b. Kembung
c. Dinding
abdomen tegang (defanse nuklair)
d. Nyeri
tekan
e. Tekanan
darah menurun
f.
Suara bisang usus mencemah dan pekak
hati berkurang.
Pada pemeriksaan darah tepi
didapatkan peningkatan loukosit dalam waktu singkat.
4.
Diluar usus halus
a. Bronchitis,
terjadi pada akhir minggu pertama
b. Bronsukoposenemia,
terjadi pada akhir minggu pertama.
c. Kolesitis
d. Tipoid
ensepalofi, gejala: kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi.
e. Meningitis,
gejala: bayi: tidak mau menetek, kejang, latergi, sianosis, panas, diare,
kelainan neurologis.
f. Mokarditis
g.
Karier kronik
G. Pengobatan
Pasien yang
dirawat dengan diagnosis abservasi tifus abdominalis harus dianggap dan
diperlukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatab
sebagai berikut:
a.
Isolasi pasien, desimfeksi pemakaian dan
aksreta.
b. Perawatan
yang baik untuk menghindari komplikasi.
c. Istirahat
selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total)
d. Diet,
makanan harus mengandung cukup cairan kalori
dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh banyak mengandung serat,
tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
e. Obat
pilihan ialah kloranfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan
obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian klorompenikol dengan dosis
tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/hari (maksimal 2 gram perhari), diberikan 4x sehari
per oral atau intra vena. Pemberian obat klorompenikol dengan dosis tinggi
tersebut mempertinggi waktu perawatan dan mencegah relapi. Efek negative adalah
mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
f. Bila
terjadi komplikasi, terapi di sesuaikan dengan penyakit. Bila terjadi dhidrasi
dan asidosis di berikan cairan secara intra vena dan sebagainya.
1. Pencegahan
Pencegahan
demam tipoid diumpamakan melalui berbagai cara:
Umum
dan khusus/imunisasi
-
Cara umum ialah peningkatan hygiene dan
senitasi karena perbaikan hygiene dan senitasi seja dapat menurunkan insidensi
damam tipoid.
-
Penyedian air bersih
-
Pembuangan dan pengelolaan sampah
-
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga
apa yang masuk mulut (dimunum atau di makan) tidak tercemarsalmonella typhi.
-
Pemutusan nutrisiri juga penting yaitu
pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman dan makanan.
Ada dua vaksin untuk mencegah demam
typoid
-
Vaksin yang diindikasikan (kuman yang
mati) yang diberikan secara injeksi.
-
Vaksin yang dilemahkan (atteneuted) yang
diberikan secara oral.
Pemberian vaksin tipoid secara
rutin tidak direkomendasikan, vaksin tipoid hanya direkomendasikan untuk
pelancong yang berkunjung ketempat-tempat yang demam tipoid sering terjadi,
orang yang kontak dengan penderita kasier tipoid dan pekerja laboratorium.
H. Prognosis
Pada umumnya prognosis tifus
abdominalis padaanak baik asal pasien cepat berobat. Mortalitas pada pasien
yang dirawat ialah 6% prognosis menjadi baik bila terdapat gambaran klinis yang
berat sperti.
a. Demam
tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.
b. Kesadaran
sangat menurun (supor, koma atau delirium)
c.
Terdapat komplikasi yang berat, misalnya
dehidrasi dan asites, peporasi.
(Ngistiysh, 2005:236)
Best Casinos in WV for 2021 - Mapyro
BalasHapusCasinos in WV in WV are generally very popular 부산광역 출장마사지 with families 당진 출장샵 because of the 제주도 출장안마 large 목포 출장안마 number of people in the casino. The casino has a lot of 오산 출장마사지 games for you