Sabtu, 17 Maret 2012

PROPOSAL DEMAM TYPOID MALIK








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Demam tyipoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman Gram Negatif salmonella Typoid. Kuman tersebut bermultifikasi dalam  sel fagositik mono nuclear dan secara berkelanjutan dilepaskan kealiran darah.
(http://ummusalma.wprpress.com 2007/01/22/hallo-word)
            Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam typoid di seluruh dunia mencapai 16-600 ribu kematian. tiap tahunnya, Deman typoid merupakan penyakit infeksi menahun yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam typoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Dihampir semua daerah endemik, insiden deman typoid banyat terjadi pada anak usia 3-9 tahun.
            Morbilitas diseluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600 ribu kematian dilaporkan tiap tahunnya. Dinegara berkembang, diperkirakan sekitar  150 kasus (juta populasi) 1 tahun di Amaerika latin. Hingga 1.000 kasus perjuta populasi pertahun dibeberapa Negara asia.
            Demam typoid merupakan masalah global terutama dinegara dengan hygiene buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah salmonella enterika subspecies enterika serovat typhy (salmonella typhid) dan salmonella enterika subspecies enterika serovat paratyphi. A.(S. paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi demam typoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan pada usia 3-19  tahun, dan angka mortalitas berpariasi antara 3,1-10,4% pada pasien rawat inap
Di Indonesia tipus abdominalis terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun. Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti gambaran kasus typus abdominalis di RumahSakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
B.     Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimanakah gambaran kasus tipus abdominalis di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kasus tipus andominalis di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2010.


2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengatahui disteribusi gambaran kasus tipus abdominalis diRumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010 berdasarkan usia.
b.      Untuk mengatahui disteribusi gambaran kasus tipus abdominalis diRumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin.

D.       Mamfaat Penelitian
1.      Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada peneliti dan dapat menerapkan asuhan keperawatan tentang tipus abdominalis.
2.      Bagi Intitusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan reperensi di Perpustakaan Akper Takasima Kabanjahe dan sebagai bahan bacaan dalam penelitian di masa yang akan datang mengenai tipus abdominalis.
3.      Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalm menerapkan asuhan keperawatan pada kasus tipus abdominalis
4.      Bagi peneliti Berikutnya
Sebagai bahan acuan dalam penelitian berikutnya menangani kasus tipus abdominalis dengan lebih baik dan optimal.

BAB II
TUJUAN PUSTAKA

A.    Defenisi
Tipus abdominalis (deman typhoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.
(ngastiah, 2005:236)
            Tipus abdominalis (demam typhoid) adalah penyakit infeksi yang diawali di selaput lender usus, dan jika tidak di obati secara progresif menyerbu jaringan diseluruh tubuh. Kuman penyebabnya ialah salmonella typhi (basil gram-negatif) yang memasuki tubuh melalui mulut dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Kuman ini terdapat dalam tinja, kemih, atau darah dan masa inkubasinya sekitar 10 hari.
(jan Tambayong, 2000:143)


B.     Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan
            Susunan saluran pencernaan:
1.      Mulut (oris)
Mulut adalah permukaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a.       Bagian luar yang sempit atau pestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b.      Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan paring
2.      varing (tekak)
merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan di dalam varing terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limpe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
3.      Esophagus (kerongkongan )
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya ± 25 cm, mulai dari mulut sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
4.      Gasret (lambung)
Merupakan saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah efigaster.
5.      Usus halus (intestinum minor)
Adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum panjangnya ± 6 meter, yang terdiri dari:
a.       Duodenum yang disebut usus 12 jari
b.      Yeyenum
c.       Ileum
6.      Usus besar (intestinum mayor)
Fungsi usus besar terdiri dari:
a.       Menyerap air dan makanan
b.      Tempat tinggal bakteri ecoli
c.       Tempat fases
Usus besar terdiri dari:
a.       Saikum
b.      Kolon assenden
c.       Kolon tranfersum
d.      Kolon desenden
e.       Sigmoid
7.      Rectum
Terletah di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intertinum mayor dengan anus.
8.      Anus
9.      Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar.
(syaifuddin, 1997: 87)
C.    Etiologi
Deman tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu salmonella typhi, salmonella para thyphi A, dan salmonella paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Deman yang di sebabkan oleh salmonella typhi cenderung untuk menjadi lebih berat dari pada bentuk infeksi salmonella yang lain.
Salmonella merupakan bakteri batang gram negative yang bersifat motif tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Organism salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob falkutatif. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahkan makanan kering dan tinja.
Salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu:
a.       Antigen O=( ohne hauch) yang tidak menyebar.
b.      Antigen H= Hauch (menyebar) terdapat pada pelagella dan bersifat termolabil
c.       Antigen vi: merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindugi antigen O terhadap pagositosis.

D.       Patofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam  usus halus kemudian mengadakan invasi kejaringan limfoid usus halus (terutama Plak peyer) dan jaringan limfoid messenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limpo masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limpa. Kuman yang tidak dipagosit akan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama pada kedalam kelenjar limpoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lomjong di atas plak peyer. Tukat tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perporasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan likal di mana kuman ini berkembang.
E.     Tanda Dan Gejala
a.       Demam, pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ke dua pasien trus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b.      Gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (rageden). Lidah tertutup selaput putih kotor (koated tongve) ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai dengan tremor, pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfe membesar disertai nyeri pada perabaan biasanya sering terjadi kontifasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c.       Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan tembat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemulan pula bradikardia.
d.      Pemeriksaan diagnostic
-          Darah tapi terdapat gambaran loukimia, limfosit relative dan aneosinotilia. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana dan mudah dikerjakan dilaboratorium yang sederhana, tapi hasilnya berguna, untuk membantu menentukan penyakitnya  dengan cepat adakalanya dilakukan pemeriksaan sumsum tukang (jarang sekali) bila hal itu dialkukan  daerah yang akan disfungis, dapat pada tibia, perlu dilakukan pembersihan ekstra kemudian dikompres dengan alcohol.
-          Darah untuk kultur (biakan empedu) dan midal. Biasakan empedu untuk menentukan salmonella typhosa dan pemeriksaan widol merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnostic tifus abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya.
-          Biarkan empedu basil salmonella typhosa dapat ditentukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urine dan feses, dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama. Pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urine dan feses dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa pasien telah benar sembuh dan tidak menjadi pembawa kuman (cerrier).
-          Pemeriksaan widol.
(ngastiyah, 2005:238).
F.      Komplikasi
1.      Pendarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan
a.       Penurunan tekanan darah dan suhu tubuh.
b.      Denyut nadi bertambah cepat dan kecil.
c.       Kulit pucat.
d.      Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabal.
2.      Perporasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum.
3.      Periotonitis
Pada umumnya tanda dan gejal yang sering didapatkan
a.       Nyeri perut hebat.
b.      Kembung
c.       Dinding abdomen tegang (defanse nuklair)
d.      Nyeri tekan
e.       Tekanan darah menurun
f.       Suara bisang usus mencemah dan pekak hati berkurang.
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan loukosit dalam waktu singkat.
4.      Diluar usus halus
a.       Bronchitis, terjadi pada akhir minggu pertama
b.      Bronsukoposenemia, terjadi pada akhir minggu pertama.
c.       Kolesitis
d.      Tipoid ensepalofi, gejala: kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi.
e.       Meningitis, gejala: bayi: tidak mau menetek, kejang, latergi, sianosis, panas, diare, kelainan neurologis.
f.       Mokarditis
g.      Karier kronik
G.    Pengobatan
Pasien yang dirawat dengan diagnosis abservasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatab sebagai berikut:
a.       Isolasi pasien, desimfeksi pemakaian dan aksreta.
b.      Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi.
c.       Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total)
d.      Diet, makanan harus mengandung cukup cairan kalori  dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh banyak mengandung serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
e.       Obat pilihan ialah kloranfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian klorompenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/hari (maksimal 2 gram perhari), diberikan 4x sehari per oral atau intra vena. Pemberian obat klorompenikol dengan dosis tinggi tersebut mempertinggi waktu perawatan dan mencegah relapi. Efek negative adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
f.       Bila terjadi komplikasi, terapi di sesuaikan dengan penyakit. Bila terjadi dhidrasi dan asidosis di berikan cairan secara intra vena dan sebagainya.
1.      Pencegahan
Pencegahan demam tipoid diumpamakan melalui berbagai cara:
Umum dan khusus/imunisasi
-          Cara umum ialah peningkatan hygiene dan senitasi karena perbaikan hygiene dan senitasi seja dapat menurunkan insidensi damam tipoid.
-          Penyedian air bersih
-          Pembuangan dan pengelolaan sampah
-          Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (dimunum atau di makan) tidak tercemarsalmonella typhi.
-          Pemutusan nutrisiri juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman dan makanan.
Ada dua vaksin untuk mencegah demam typoid
-          Vaksin yang diindikasikan (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi.
-          Vaksin yang dilemahkan (atteneuted) yang diberikan secara oral.
Pemberian vaksin tipoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tipoid hanya direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ketempat-tempat yang demam tipoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita kasier tipoid dan pekerja laboratorium.
H.    Prognosis
Pada umumnya prognosis tifus abdominalis padaanak baik asal pasien cepat berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat ialah 6% prognosis menjadi baik bila terdapat gambaran klinis yang berat sperti.
a.       Demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.
b.      Kesadaran sangat menurun (supor, koma atau delirium)
c.       Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asites, peporasi.
(Ngistiysh, 2005:236)  

1 komentar:

  1. Best Casinos in WV for 2021 - Mapyro
    Casinos in WV in WV are generally very popular 부산광역 출장마사지 with families 당진 출장샵 because of the 제주도 출장안마 large 목포 출장안마 number of people in the casino. The casino has a lot of 오산 출장마사지 games for you

    BalasHapus