BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Di Indonesia
terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang
hanya dianjurkan. Imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat
digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik seperti imunisasi
Meningitis. ( A. Aziz Alimul Hidayat, 2005 :
101)
Angka
kematian bayi di Indonesia sangat tinggi, menduduki peringkat keenam dengan angka
sekitar 6 juta bayi yang meninggal. Urutan pertama India dengan angka kematian
44 juta, kedua China dengan angka kematian 18 juta, ketiga Nigeria dengan angka
kematian 7 juta dan ke lima Bangladesh dengan angka kematian 6 juta bayi. Kasus
kematian bayi di Indonesia ini disebabkan oleh Invassive Pneumococcus Disease (
IPD ). Kelompok yang paling rentan dengan penyakit ini adalah bayi berusia di
bawah 2 tahun. (Kompas,
29 April 2008)
Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (
WHO ), Pneumonia dan Meningitis
membunuh lebih dari 2 juta bayi pertahun. Secara garis besar, meningitis disebabkan
oleh tiga faktor : Virus, Jamur, dan Bakteri. Sedangkan pneumokokus disebabkan
oleh bakteri. (http://www.tempointeraktf.com/)
Di Indonesia, dari 4,6
juta kelahiran hidup tiap tahun hanya 0,6 persen yang mendapat vaksin
meningitis. Padahal, tingkat penderita meningitis di Indonesia tergolong cukup
tinggi. Pada 2005, setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 36 kasus meningitis. (http://
rasadurian. wordpress.com /2010/12/13/meningitis/)
Di Sumatera Utara berdasarkan laporan
tahun 2008, ditemukan 29.124 balita menderita pneumonia dan diperkirakan 283
diantaranya berasal dari Tanah Karo. (http://www.tim-penyusun-sumut.content&view:88:90)
Selain meningitis dan pneumonia,
penyakit Rubella dan demam typoid juga merupakan penyakit infeksi pada anak dan
dewasa muda. Penyakit Rubella bila menginfeksi pada anak akan menimbulkan
gejala dan efek yang menyerupai campak
hanya saja dalam bentuk yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi jika
infeksi ini terjadi pada wanita hamil muda ( terutama pada trimester pertama )
penyakit ini dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau janin yang dilahirkan
menderita cacat seumur hidup yang sering dikenal sebagai Sindrom Rubella Congenital/
SRK. Kecacatan SRK dapat berupa katarak pada mata, tuli, dan kelainan jantung.
Penyakit rubella dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada tahun 2000-2003 dilaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) Campak di
beberapa daerah di Indonesia, namun setelah dilakukan investigasi KLB, ternyata
ditemukan sekitar 30%-100% kasus Rubella yang gejalanya menyerupai campak. Berdasarkan
hal tersebut di
atas maka mulailah
dipertimbangkan untuk
melakukan pencegahan dengan imunisasi rubella menggunakan vaksin MMR (Meales, Mumps, and Rubella). (http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/docu mentation/360208pdf/sarwo.pdf/)
Menurut
DEPKES, angka kematian akibat penyakit demam Typoid di Indonesia masih tinggi,
sekitar 360 sampai 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun. ( Priyono, 2010 :
157 )
Setiap
tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak-anak, dan orang dewasa meninggal penyakit
yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini karena kurangnya informasi tentang
pentingnya imunisasi. Bayi-bayi
yang baru lahir, anak-anak usia muda yang bersekolah dan orang dewasa sama-sama
memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit
menular yang mematikan, seperti influenza, tipus, radang selaput otak, radang
paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya yang sewaktu-waktu muncul dan
mematikan. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik yang sangat vital agar
bayi-bayi, anak-anak muda dan orang dewasa terlindungi adalah dengan memberikan
imunisasi. (Ronald H. S, 2011 : 177)
Dari latar
belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ Gambaran Pengetahuan Ibu yang memiliki Anak Berusia 0-12 tahun tentang
imunisasi tambahan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe tahun 2011”
1.2 Perumusan
masalah
“Bagaimanakah
Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Berusia 0-12 tahun Tentang Pemberian
Imunisasi Tambahan di Klinik Nd. Retno tahun 2011?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
ibu yang memiliki bayi, balita, dan anak tentang pemberian imunisasi tambahan
di Klinik Nd. Retno tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk
mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki
anak berusia 0-12 tahun tentang
imunisasi tambahan berdasarkan pendidikan ibu di klinik Nd. Retno tahun 2011.
2. Untuk
mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki anak
berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan berdasarkan
pekerjaan di klinik Nd. Retno
tahun 2011.
3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki anak
berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan berdasarkan sumber informasi di
Klinik Nd. Retno tahun 2011.
1.4 Manfaat penelititan
1. Bagi
Peneliti
Untuk menambah wawasan
dan pengetahuan bagi peneliti khususnya tentang Imunisasi tambahan.
2. Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi
di perpustakaan di Akademi Kebidanan dan Keperawatan Takasima Kabanjahe
3. Bagi
Lahan Penelitian
Sebagai bahan acuan
dalam penerapan imunisasi tambahan di Klinik Retno Kabanjahe.
4. Bagi
Peneliti berikutnya
Sebagai perbandingan pada peneliti
berikutnya yang akan melakukan penelitian yang akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan ( knowledge ) adalah hasil tahu dari manusia,
yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa
alam dan sebagainya. Sedangkan ilmu ( science) bukan sekedar menjawab “what”,
melainkan akan menjawab pertanyaan “ why and how”. (
Notoatmojo, 2010 : 1 )
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang ( overt behavior ). ( Notoatmojo, 2007 : 139 )
2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan, pengetahuan yang di
cakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu
( Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tenang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami
( Comprehension )
Diartikan
sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makana yang bergizi.
3. Aplikasi
( Aplication)
Di
artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah ( problem solving cycle )
didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis
( Analysis )
Adalah
suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, terapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis
(synthesis)
Menunjukkan
pada satu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk “ keseluruhan” yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusu, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi
( Evaluation )
Ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
Misalnya, dapat membandingkan antar anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat
menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang diukur atau subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang kita ingin ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2003 : 140-142 )
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di
berikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal dapat agar mereka
dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri bahwa tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada
fisik secara garis besar ada 4 kategori perubahan pertama, perubahan ukuran,
kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya
ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencobadan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
5. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah
dialami seseorang dalam interksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika
pengalamanterhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul kesan yang sangan mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan
akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan
lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk menjaga kebersihan
lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang.
7. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
yang baru. ( Mubarak, et al, 2007 : 30-31 )
2.2 Imunisasi
2.2.1. Pengertian
Kata imun berasal dari
bahasa latin immunitas yang berarti pembebasan ( kekebalan ) yang diberikan
kepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban
sebagai warga Negara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini
kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan
terhadap penyakit dan lebih spesifik lagi terhadap penyakit menular. ( Ronald,
2011 : 175-176 )
Imunisasi
adalah memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau
dimatikan ( dalam bentuk vaksin ) atau dengan bentuk racun yang sudah
dilemahkan dengan panas atau bahan kimia ( disebut toksoid ), ke dalam tubuh,
yang akan membuat antibodi yang akan diproduksi yang sama dengan antibodi yang
akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut. ( Priyono, 2010 :
145 )
2.2.2 Tujuan Pemberian Imunisasi
Adapun tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk
memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum
tujuan imunisasi, antara lain:
1. Melalui
imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2. Imunisasi
sangat efektif mencegah penyakit menular
3. Imunisasi
menurunkan angka morbiditas ( angka kesakitan ) dan mortalitas ( angka kematian ) pada bayi.
2.2.3 Manfaat
Imunisasi
1. Untuk
anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat.
2. Untuk
keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk
Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, mencibtakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. ( Proverawati, 2010 : 5 )
2.2.4 Jenis Imunisasi
a.
Imunisasi Wajib
Imunisasi Wajib adalah
Imunisasi yang harus diberikan pada bayi. dengan imunisasi wajib, maka bayi
akan terlindungi terhadap penyakit yang kerap menyerang. Di antara berbagai
jenis imunisasi yang termasuk imunisasi wajib adalah : Imunisasi BCG, Imunisasi
DPT, Imunisasi Polio, Imunisasi Campak, Imunisasi Hepatitis B.
b. Imunisasi Tambahan
Selain Imunisasi wajib,
imunisasi tambahan sebaiknya diberikan juga kepada bayi. Dengan imunisasi
tambahan maka bayi akan lebih banyak mempunyai perlindungan terhadap penyakit.
Adapun yang termasuk dalam kategori imunisasi tambahan di sini adalah : MMR, Imunisasi
Demam Tifoid, Imunisasi Radang selaput otak haemophilus Influenzae tipe B (Hib),
Imunisasi Hepatitis A. (
Priyono, 2010 : 145 – 155 )
2.2.5 Imunisasi Tambahan
Merupakan kegiatan
imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan
atau evaluasi. Kegiatan ini tidak rutin dilakukan, karena hanya ditujukan untuk
menanggulangi penyakit tertentu. ( Proverawati, 2010 : 14 )
2.2.6. Macam-macam Imunisasi Tambahan
2.2.6.1
Imunisasi MMR
Pemberian
Imunisasi MMR bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak (meales), gondong (mumps), dan campak jerman (Rubella) dalam waktu
bersamaan. Vaksin MMR mengandung ketiga jenis virus campak, gondong dan rubella
yang masih hidup tetapi telah dilemahkan. Ketiga virus itu dibekukan, kemudian
dikemas dalam bentuk kemasan tunggal sebagai vaksin MMR.
Pemberian
Imunisasi
diberikan dengan satu kali suntikan setelah anak berumur 15 bulan. Pemberian
imunisasi yang agak lambat ini agar pembentukan antibodi akibat penyuntikan
tidak terganggu oleh kekebalan pasif yang diperoleh bayi dan ibunya. Vaksinasi
ulang diperlukan pada usia 11 tahun ke atas. (Priyono,2010 : 156),
Dosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml. Vaksin harus
diberikan, meskipun ada riwayat infeksi campak, gondongan, rubella, atau imunisasi
campak.
Cara Pemberian
Pemberian vaksin ini dengan melalui suntikan secara IM (
Intramuskular ) atau SC ( Subcutan ) dalam. ( Muslihatun, 2010 : 232 )
Kekebalan
Daya
proteksi vaksin MMR sangat baik yaitu dapat mencapai 95-99%. Meskipun sudah
mempunyai kekebalan akibat imunisasi, hendaknya ibu hamil menghindari diri dari
penderita rubella.
Reaksi Imunisasi
Biasanya
tidak terjadi reaksi imunisasi. Kadang-kadang timbul kenaikan suhu ringan pada
hari kelima atau ke tujuh, atau rasa nyeri dan kemerahan kulit pada tempat
suntikan.
Efek Samping
Akibat samping yang
terjadi sesuai dengan yang dijumpai pada masing-masing jenis vaksin. Efek
samping vaksin gondong jarang di jumpai, bila ada dapat berupa timbulnya bercak
merah, dan rasa gatal pada kulit. Sebenarnya akibat samping ini jarang terjadi
dan tidak perlu di risaukan. Vaksin rubella tidak menimbulkan efek samping. (Priyono,
2010 : 155-156 )
Kontra Indikasi
Imunisasi MMR tidak boleh diberikan, jika mengalami
beberapa kondisi, seperti :
a)
Alergi terhadap antibiotic
neomycin
b)
Wanita yang sedang
hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi
c)
Individu yang menderita
penyakit atau menerima pengobatan yang menekan system kekebalan tubuh, seperti
cortisone atau prednisolon
d)
Menderita infeksi yang
akut. (Proverawati dan Andhini, 2010 : 75-76)
2.2.6.2
Imunisasi Demam Tifoid
Imunisasi ini diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif
terhadap penyakit demam tifoid, yaitu sehari-hari dikenal sebagai penyakit
tifus.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan
kuman. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut memperbanyak diri dalam sel tubuh
dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
Pemberian
Vaksin suntikan
diberikan sekali mulai umur 2 tahun harus diulang setiap 3 tahun karena vaksin
ini tidak mempunyai efek penguat. Sedangkan vaksin oral diberikan pada umur 6
tahun atau lebih, karena pada anak tersebut sudah bisa menelan kapsul. Kapsul tidak
boleh dibuka, karena vaksin akan dirusak
oleh asam lambung. Kemasan vaksin oral terdiri dari 3 kapsul yang diminum
sekali sehari dengan selang 1 hari. ( Priyono, 2010 : 158 )
Cara pemberian
Vaksin
suntikan diberikan secara IM (Intramuskular) atau SC (Subcutan) dalam pada
daerah gluteal atau paha dengan dosis
0,5 ml. vaksin suntikan diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin ulangan
diberikan setiap 3 tahun
Vaksin oral diberikan
secara oral yang dikemas dalam bentik kapsul, disimpan pada suhu 2-80C.
Vaksin diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dalam 3 dosis dalam interval
selang sehari ( hari 1,3,5 ). Vaksin ulangan diberikan setiap 3-5 tahun. Vaksin
diminum 1 jam sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 370C.
Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dipecahkan karena dapat rusak oleh
asam lambung. (Muslihatun, 2010 : 232-233)
Reaksi Imunisasi
Reaksi vaksin ini dapat
menimbulkan demam ringan sebanyak 5 % kasus dan pada tempat bekas suntikan
terasa nyeri ringan dan kadang-kadang timbul kemerahan dan pembengkakan. Pada
pemberian vaksin oral dijumpai demam, mencret, muntah dan kemerahan kulit pada
sekitar 5-8 % anak. Bila terjadi demam dapat diberikan obat penurun panas
seperti parasetamol, tempra atau panadol. Kompres dengan air hangat dapat
diberikan bila terjadi kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Bila
anak mencret dan muntah berikanlah lebih banyak air minum air putih atau
oralit. ( Priyono, 2010 : 158 )
Efek Samping
Terjadi
reaksi lokal ( bengkak, nyeri, kemerahan ditempat penyuntikan ). Reaksi
sistemik seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea
dan nyeri otot jarang dijumpai. ( Muslihatun, 2010 : 233 )
Kekebalan
Daya
lindung vaksin tifus, baik vaksin oral maunpun vaksin suntikan, cukup baik. Uji
coba vaksin oral di Indonesia memberikan daya lindung 42-53%, sedangkan vaksin
suntikan memberikan perlindungan 70-85%. (Priyono, 2010 : 158 )
Kontra Indikasi
Kontra
indikasi vaksin ini antara lain alergi bahan ajuvan vaksin dan demam. ( Muslihatun, 2010 : 233 )
2.2.6.3
Imunisasi Radang Selaput Otak
Haemophilus Influenzae Tipe B (Hib)
Di Indonesia pada saat
ini telah beredar vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh kuman
haemophilus influenza tipe B ( Hib ).
Pemberian
Vaksin Hib mengandung
bagian dinding kuman yang telah dipisahkan dan sangat dimurnikan. Pada saat ini
di Indonesia telah beredar 2 jenis yaitu Act HIB buatan Pasteur-Meerieuex,
Perancis dan PadvaxHIB buatan Merck&Co, USA. Kedua vaksin ini mengandung
bahan dasar bagian dinding kuman Hib yang dimurnikan tetapi memakai konyugat
berbeda. ( Priyono, 2010 : 159 )
Imunisasi diberikan
pada bayi berumur 2, 3, 5 bulan. Imunisasi ini di berikan 3 kali. Kali pertama
ketika berumur 2 bulan, kali kedua 3 bulan, dan kali ketiga ketika berumur 5 bulan.
(Proverawati, 2010 : 65 )
Cara Pemberian
Dosis
pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml, diberikan secara IM ( Intramuskular ). (Muslihatun, 2010 : 230
)
Efek Samping
Setelah pemberian
imunisasi ini, biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku ditempat suntikan.
Biasanya berlaku sampai 3 hari. Kadang demam juga bisa terjadi. Efek samping
ini terjadi dengan penyakit yang disebabkan oleh Hib. ( Proverawati dan Andhini, 2010 :
65 )
2.2.6.4
Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi bertujuan untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis A. Di Indonesia sejak
beberapa tahun terakhir ini telah beredar vaksin Hepatitis A, yaitu havrix yang
mengandung virus hepatitis A yang telah di lemahkan.
Pemberian
Imunisasi dasar
hepatitis A dengan vaksin havrix diberikan dua kali dengan selang waktu
dua-empat minggu. Dosis ketiga diberikan enam minggu setelah penyuntikan
pertama. Suntikan diberikan pada daerah lengan atas. (Priyono, 2010 : 160)
Cara pemberian
Imunisasi
aktif dibuat dari virus yang dimatikan. Dosis vaksin 720 U diberikan dua kali
secara IM ( Intramuskular ) di daerah deltoid. ( Muslihatun, 2010 : 233 )
Reaksi Imunisasi
Jarang
terjadi, biasanya berupa kemerahan dan pembengkakan pada daerah suntikan,
kadang-kadang demam, lesu, perasaan lelah,mual, muntah dan hilang nafsu makan.
Bila terjadi demam bisa diberikan obat penurun panas seperti panadol, atau
tempra. Kompres dengan air hangat bila terjadi pembengkakan pada daerah bekas
suntikan. ( Priyono, 2010 : 160 )
Kekebalan
Ketiga dosis tersebut
dapat memberikan perlindungan selama 10 tahun. ( Priyono, 2010 : 159-160 )
2.2.6.5
Imunisasi Pneumokokus
Imunisasi Pneumokokus
sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit radang paru, yang
mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan bakteri
Streptokokus Pneumonia, yang juga dikenal sebagai Pneumokokus.
Pemberian
Imunisasi pada usia 2,
4, 6, 12 bulan. WHO telah merekomendasikan pencatuman prioritas vaksin konjugat
radang paru 7-valent ( PCV7 ) dalam program imunisasi pada masa kanak-kanak
nasional di seluruh dunia sejak tahun 2007. Vaksin yang dikenal sebagai
Prevenar, telah terbukti hampir 100 % efektif terhadap terhadap penyakit
pneumokokus. Vaksin ini berisi gula dari tujuh jenis bakteri pneumokokus yang
berlainan, yang disambung secara individual dengan protein toksoid difteri yang
tidak aktif. Vaksin ini juga berisi konsentrasi kecil bahan tambahan yaitu
aluminium fosfat, garam dan air. ( Proverawati, et al, 2010 : 69-70 )
Cara Pemberian
Vaksin diberikan dalam
dosis tunggal 0,5 ml secara intramuscular atau subkutan dalam daerah deltoid
atau paha anterolateral. (Muslihatun,
2010 : 230 )
Efek Samping
a.
Sedikit bengkak, merah
dan sakit di tempat suntikan
b.
Demam rendah
c.
Reaksi yang kurang
biasa mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diare
d.
Reaksi parah jarang
sekali.
( Proverawati et al, 2010 : 70 )
2.2.6.6
Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi
yang dilakukan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap penyakit varicella atau
cacar air. Jika yang terserang cacar air adalah anak-anak biasanya bisa sembuh
tanpa ada masalah.
Pemberian Imunisasi
Pemberian pada anak
hanya diperlukan satu dosis vaksin. Satgas imunisasi IDAI merekomendasikan
pemberian vaksin ini usia 10-12 tahun,
Cara pemberian
Dosis tunggal 0,5 ml
secara subkutan.
Kekebalan
Vaksin
ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil
orang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varicella tapi kasusnya
biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan. vaksin varicella
memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan 10-20 tahun, mungkin juga
seumur hidup.
Efek Samping
Efek
samping dari vaksin varicella biasanya ringan, yaitu berupa : demam, nyeri dan
pembengkakan ditempat penyuntikan, ruam cacar air yang terlokalisir ditempat
penyuntikan.
Efek
samping yang lebih berat adalah : kejang demam, pneumonia, reaksi alergi
sejati, ensefalitis, penurunan koordinasi otot.
Kontra indikasi
Antara lain : Demam
tinggi, bila hitung limfosit kurang dari 1200/Ui, defisiensi imun seluler
seperti pengobatan keganasan, pengobatan kortikosteroid dosis tinggi ( 2
mg/kgBB/hari atau lebih ) serta alergi neomisin. (http://www.balita-anda.com/fatherhood/661-imunisasi-pada-anak.html
2.2.7
Jadwal Pemberian Imunisasi yang
dianjurkan
Jenis Imunisasi
|
Jlh Pemberian
|
Waktu (Usia) Pemberian
|
Booster /Pengulangan
|
Penyakit
|
MMR
|
2
|
1 tahun atau lebih
|
10 tahun atau lebih
|
Measles, mumps, rubella
|
HiB
|
4
|
2 bulan atau lebih
4 bulan atau lebih
6 bulan atau lebih
|
1 tahun atau lebih
|
Hemophilus influenza tipe B
|
Hepatitis A (2 atau 3 dosis)
|
1
|
2 tahun atau lebih
|
Hepatitis A
|
|
Suntikan Typhim Vi
|
2 tahun atau lebih
|
diulang tiap 3 tahun
|
||
Demam Tifoid Oral (vivotif 3 dosis)
|
1
|
6 Tahun atau lebih
|
Thypus
|
|
Varisela
|
1
|
10 tahun atau lebih
|
Cacar Air
|
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka
Konsep
Adapun kerangka
konsep penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Berusia
0-12 Tahun Tentang Imunisasi Tambahan di Klinik Retno Tahun 2011” sebagai berikut:
Variable Independen Variable
Dependen
|
|
![]() |
3.2 Defenisi Operasional
3.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan
ialah kemampuan ibu untuk menjawab dengan benar pertanyaan yang di berikan
melalui quisioner tentang imunisasi tambahan.
3.2.2 Ibu
Seorang wanita yang pernah melahirkan, dan
telah menikah.
3.2.3 Anak
Seorang yang berusia 0-12 tahun.
3.2.4 Imunisasi Tambahan
Imunisasi
tambahan adalah imunisasi yang diberikan sebagai tambahan dari imunisasi dasar.
3.2.5 Pendidikan
Pendidikan
formal yang terakhir yang pernah diselesaikan ibu, dengan kategori:
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan
Tinggi
e. Tidak
sekolah
3.2.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah
kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu
yang dapat menghasilkan uang atau tidak, dengan kategori:
Bekerja : PNS, Wiraswasta, Petani
Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga
3.2.5 Sumber informasi
Sumber informasi
adalah alat sarana yang digunakan oleh ibu untuk mendapatkan informasi.
1.
Media Elektronik : TV, Radio
3.
Petugas kesehatan
4.
Keluarga
5.
Teman
6.
Lingkungan sekitar
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
yaitu untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 tahun
tentang pemberian imunisasi tambahan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011.
3.4
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
Penelitian
Lokasi
penelitian yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah di Klinik Nd. Retno
Kabanjahe.
3.4.2 Waktu
Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian
ini adalah dari Tanggal 10 s/d 17 Juli Tahun 2011
3.5 Populasi dan
Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan
diteliti. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki Anak berusia 0-12 tahun yang
datang saat peneliti melakukan penelitian di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun
2011 yaitu sebanyak 35 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel
adalah sebagian dari populasi, yaitu sebanyak 35 orang.
3.6
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data
primer yaitu data yang diproleh langsung dari responden dengan menggunakan quisioner.
Sebelum membagikan quisioner pada responden, peneliti terlebih dahulu menjelaskan cara mengisi
kuesioner tersebut kemudian memberikan kesempatan kepada ibu untuk menjawab
sejumlah pertanyaan/pernyataan. Setelah selesai maka di kumpulkan saat itu
juga.
3.7
Aspek Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran pengetahuan berdasarkan
pada jawaban responden dari seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan.
Jumlah soal pengetahuan adalah 30 pertanyaan menurut skala guttman. Apabila
skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0. Rumus yang digunakan
sebagai berikut:

Keterangan:
P :
Persentase
F :
Jumlah Jawaban Yang Benar
N :
Jumlah Soal
Selanjutnya
setelah keseluruhan jawaban dihitung dan jumlahkan berdasarkan skala ordinal maka
hasilnya dikelompokkan dengan kategori:
1. Baik
dengan persentase 76-100%, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 23-30 pernyataan.
2. Cukup
dengan persentase 56-75%, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 17-22
pernyataan.
3. Kurang
dengan persentase 40-55%, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 12-16
pernyataan.
3.8 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.8.1 Editing
Editing adalah
upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
3.8.2 Coding
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada
jawaban responden.
3.8.3 Tabulasi
Tabulasi
adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data yang akan menjurus
ke analisis kuantitatif.
3.9
Analisis Data
Analisa dilakukan secara deskriptif
dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil
penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 responden mengenai Gambaran
Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi
Tambahan di Klinik Retno Tahun 2011 maka didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Gambaran Pengetahuan ibu yang Memiliki Anak
Berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan di klinik Nd. Retno Kabanjahe
Tahun 2011.
Tabel
1
Distribusi,
Frekuensi dan Persentase Pengetahuan ibu yang Memiliki Anak Berusia 0-12 Tahun
Tentang Imunisasi Tambahandi Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011
No
|
Pengetahuan
|
F
|
%
|
1
|
Baik
|
6
|
17,14
|
2
|
Cukup
|
19
|
54,28
|
3
|
Kurang
|
10
|
28,57
|
Total
|
35
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 35 responden, mayoritas berpengetahuan
cukup sebanyak 19 orang ( 54, 28% ), dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak
6 orang ( 17,14% ).
4.1.2 Gambaran Pengetahuan
ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan
berdasarkan Pendidikan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011
Tabel
2
Distribusi,
Frekuensi dan Persentase Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun Tentang
Imunisasi Tambahan berdasarkan Pendidikan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun
2011
Pendidikan
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Total
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
SD
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
5,71
|
2
|
5,71
|
SMP
|
1
|
2,85
|
8
|
22,85
|
6
|
17,14
|
15
|
42,85
|
SMA
|
3
|
8,53
|
11
|
31,42
|
2
|
5,71
|
16
|
45,71
|
P. Tinggi
|
2
|
5,71
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
5,71
|
Total
|
6
|
17,14
|
19
|
54,28
|
10
|
28,57
|
35
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 16 responden berpendidikan SMA mayoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (31,42%) dan minoritas berpengetahuan
kurang sebanyak 2 orang (5,71%). Dari 15 orang responden berpendidikan SMP,
mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 8 orang (22,85%) dan minoritas
berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,85%). Dari 2 orang responden yang
berpendidikan SD berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (5,71%). Dan dari 2 orang
responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi berpengetahuan baik sebanyak 2
orang ( 5,71 % ).
4.1.3
Gambaran Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang
Imunisasi Tambahan berdasarkan Pekerjaan di Klinik Nd Retno Tahun 2011
Tabel
3
Distribusi,
Frekuensi, Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang
Imunisasi Tambahan berdasarkan Pekerjaan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun
2011
Pekerjaan
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Total
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Bekerja
|
5
|
14,28
|
12
|
34,28
|
3
|
8,57
|
20
|
57,14
|
Tidak bekerja
|
1
|
2,85
|
7
|
19,99
|
7
|
19.99
|
15
|
42,84
|
Total
|
6
|
17,13
|
19
|
54,27
|
10
|
28,57
|
35
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang responden yang bekerja mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 12
orang ( 34,28% ) minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang ( 8,57% ).
Dan dari 15 orang responden yang tidak bekerja mayoritas berpengetahuan cukup
dan kurang sebanyak 7 orang ( 19,99% ) dan minoritas berpengetahuan baik
sebanyak 1 orang ( 2,85% ).
4.1.4 l Gambaran Pengetahuan ibu yang memiliki anak
berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Sumber informasi
Tabel
4
Distribusi,
Frekuensi, dan persentase Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun
tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Sumber Informasi di Klinik Nd Retno
Kabanjahe Tahun 2011.
S. Informasi
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
Total
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
M. Elektronik
|
-
|
-
|
4
|
11,42
|
2
|
5,71
|
6
|
17,14
|
M. Cetak
|
1
|
2,85
|
7
|
19,99
|
5
|
14,28
|
13
|
37,14
|
P. Kesehatan
|
5
|
14,28
|
1
|
2,85
|
-
|
-
|
6
|
17,14
|
Teman
|
-
|
-
|
5
|
14,28
|
2
|
5,71
|
7
|
19,99
|
Keluarga
|
-
|
-
|
2
|
5,71
|
1
|
2,85
|
3
|
8,57
|
Total
|
6
|
17,14
|
19
|
54,28
|
10
|
28,57
|
35
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 13 orang responden yang memperoleh
informasi dari media cetak mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang (
19,99 % ) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 1 orang ( 2,85 % ). Dari 7
responden yang memperoleh informasi dari teman mayoritas berpengetahuan cukup
sebanyak 5 orang ( 14,28 % ) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 2
orang ( 5,71 % ). Dari 6 orang
responden yang memperoleh informasi dari media elektronik mayoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 4 orang ( 11,42 % ) dan minoritas berpengetahuan
kurang sebanyak 2 orang ( 5,71 % ). Dari 6 orang responden yang memperoleh
informasi dari petugas kesehatan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 5 orang
( 14,28 % ) minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 1 orang ( 2,85 ). Dan dari
3 orang responden yang memperoleh informasi dari keluarga mayoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 2 orang ( 5,71 % ) dan minoritas berpengetahuan
kurang sebanyak 1 orang ( 2,85 % ).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Pengetahuan Ibu
Dari
hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa dari 35 responden, mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 6
orang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Mubarak : 2007,
dimana pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja
dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak natau pengamatan terhadap suatu
objek tertentu.
Menurut asumsi peneliti mayoritas ibu berpengetahuan cukup
karena kurangnya rasa ingin tahu ibu tentang imunisasi tambahan sehingga mereka
tidak berusaha untuk mencari informasi yang lebih mendalam. namun hal ini dapat
ditingkatkan dengan mengikuti penyuluhan tentang imunisasi tambahan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan kepada ibu pada saat datang ke klinik.
4.2.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
responden berpendidikan SMA mayoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang ( 31,42 % ) dan
responden berpendidikan SD dan SMP minoritas berpengetahuan baik dan
kurang sebanyak 2
orang ( 2,85 % ).
Hal ini sejalan
dengan teori Mubarak : 2007, dimana makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah,
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan mempengaruhi
pengetahuan seseorang
terhadap sesuatu hal. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya. Seseorang yang
tingkat pendidikanya tinggi memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu yang
baru dan berusaha untuk menerima ilmu baru tersebut untuk menambah wawasannya.
4.2.3 Gambaran Pengetahuan Ibu berdasarkan Pekerjaan
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden
yang bekerja mayoritas berpengetahuan
cukup sebanyak 12 orang ( 34,28% ) dan responden yang tidak
bekerja minoritas
berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,85% ). Hal ini
sejalan dengan teori Mubarak : 2007, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
Menurut asumsi peneliti, pekerjaan dapat mempengaruhi
seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Hal ini disebabkan karena lingkungan
pekerjaan mereka memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan. Selain itu,
pengalaman dari teman dalam bekerja dan infomasi yang diberikan secara tidak
langsung dapat menambah pengetahuan seseorang.
4.2.4 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Sumber
Informasi
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang
memperoleh sumber informasi dari media cetak mayoritas berpengetahuan cukup
sebanyak 7 orang ( 19,99 % ). Dan responden yang
memproleh sumber informasi dari keluarga minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (
2,85% ).
Hal ini sejalan dengan teori Mubarak : 2007, dimana
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Menurut asumsi peneliti, responden dapat dengan cepat dan
mudah menambah pengetahuannya melalui media cetak. Semakin mudah responden
memperoleh informasi akan semakin mempercepat bertambahnya pengetahuan responden
terhadap informasi yang diberikan. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa sumber
informasi member pengaruh yang besar terhadap peningkatan penegetahuan
seseorang.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil Penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu yang
memiliki anak berusia 0-12 tahun tentang Imunisasi Tambahan di Klinik Retno
Tahun 2011 dengan 35 Responden, Peneliti menyimpulkan bahwa :
1.
Distribusi Pengetahuan
Ibu tentang Imunisasi Tambahan adalah Mayoritas Ibu berpengetahuan Cukup
sebanyak 19 orang ( 54,28 % ) dan Minoritas berpengetahuan baik sebanyak 6
orang ( 17,14 % )
2.
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi tambahan berdasarkan
Pendidikan adalah mayoritas ibu berpendidikan SMA
berpengetahuan cukup sebanyak
11 orang ( 31,42 % ) dan minoritas ibu berpendidiksn SD
dan Perguruan Tinggi berpengetahuan baik dan
kurang sebanyak 1
orang ( 2,85 % ). Maka pendidikan mempengaruhi tingkat
pengetahuan ibu.
3.
Gambaran pengetahuan ibu tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan
Pekerjaan adalah mayoritas ibu yang bekerja berpengetahuan cukup sebanyak
12 orang ( 34,28% ) dan minoritas ibu yang tidak bekerja berpengetahuan baik
sebanyak 1 orang ( 2, 85% ). Maka lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengetahuan.
4.
Distribusi
pengetahuan ibu tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Sumber informasi adalah Mayoritas ibu
yang memperoleh informasi darnformasi
dari keluarga minorotas berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang ( 2,85 % ). Semakin muda responden memperoleh informasi
maka akan semakin memcepat bertambahnya pengetahuan responden.
5.2 Saran
1. Bagi ibu yang memiliki anak 0-12 tahun
Disarankan
bagi ibu agar memperdalam pengetahuannya khususnya tentang Imunisasi Tambahan dengan cara membaca
buku ( media cetak ) dan mencari
sumber-sumber informasi lain.
2. Bagi Klinik Retno
Disarankan
kepada pihak Klinik Retno agar memberikan penyuluhan tentang Imunisasi tambahan
sehingga dapat mencegah KLB pada bayi terhadap penyakit-penyakit tertentu yang
mematikan
3. Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan
kepada pihak institusi agar menambah Literatur tentang Imunisasi Tambahan di
perpustakaan sehingga dapat menambah wawasan mahasiswi khususnya tentang
Imunisasi tambahan.
4.
Bagi Peneliti
selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk memakai
karya ilmiah ini sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan untuk melakukan
penelitian yang lebih mendalam seperti yang bersifas analitik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar