Sabtu, 17 Maret 2012

HIPERTENSI SONANG

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.            Latar  Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah yang melebihi normal. Penyakit ini dikategorikan The Slient Disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darahnya.   (Purnomo, 2009 : 11)
Di dunia hampir 1miliar orang atau 10% orang dari seluruh populasi atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1dari setiap 7 kematian ( 7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak, ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat  pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi dinegara berkembang tahun 2025 dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000,diperkirakan menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. (Fauziah Rahmah Karim, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19074/5/Chapter%20I.pdf pada tanggal 5 april 2010 pukul 16.45)
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah Hipertensi, disamping hiperkolestrollemia dan diabetes militus. Kutipan dari Menteri Kesehatan Dr.dr.Siti Fadilah Supari,Sp.JP menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada derah urban dan rudal berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap. Sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya, ujarnya pada Peringatan Hari Hipertensi tahun 2007 di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Sementara kutipan dari Prof.Dr.dr.Budhi Setianto, mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu Normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mmHg dan DBP = Distole Blood Pressure < 80 mmHg) Pra Hipertensi (SBP 120-139 mmHg dan DBP 80-89 mmHg) Hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mmHg dan DBP 90-99 mmHg)dan Hipertensi tahap 2 (SBP >160 mmHg dan DBP >100 mmHg) dan darah tinggi ditandai dengan sakit kepala, jantung berdebar-debar, sakit ditekuk, mudah lelah, penglihatan kabur dan mimisan (perdarahan hidung). (Admin,http://www.madina_sk.com/index2.php?option=com_ content&do_pdf=1&id=520 pada tanggal 5 april 2010 pukul 16.30)
            Dari 33 propinsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata – rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%),  Jawa Barat (26%),  Jawa Timur (25%), Sumatera Utara  (24%), Sumatera Selatan (24%),  Riau (23%), dan Kalimantan Timur (22%). Sedangkan perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada derah urban seperti : Jobodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30-34%. 
            Dari hasil survey Dinas Kabupaten Karo Tahun 2006 ada beberapa puskesmas yang memiliki kasus hipertensi tertinggi  dibandingkan wilayah kerja puskesmas lainnya, yaitu Puskesmas Berastagi 1067 penderita hipertensi, di Puskesmas Kabanjahe  sebesar 927 kasus sedangkan Puskesmas Tiga panah berjumlah 785 kasus, yang diketahui. (Fauziah Rahmah Karim, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19074/5/Chapter%20I.pdf pada tanggal 5 april 2010 pukul 16.45)
            Derdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011.
1.2.            Rumusan Masalah
            Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan ayah tentang penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011. 
1.3.            Tujuan Peneliti
1.3.1.       Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011.  
1.3.2.      Tujuan Khusus
1.3.2.1.            Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang
penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011, berdasarkan usia.

1.3.2.2.            Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang
penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011, berdasarkan informasi  
1.4.            Manfaat Penelitian
1.4.1.       Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis tentang gambaran pengetahuan ayah tentang penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011.
1.4.2.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dokumen di perpustakaan dan sebagai bahan perbandingan dan refrensi bagi peneliti berikutnya.
1.4.3.      Bagi masyarakat di Desa Kuta Suah Kec. Munte Kab. Karo
Untuk menambah pengetahuan masyarakat di desa Kuta Suah Kec. Munte Kab. Karo, tentang penyakit hipertensi.
1.4.4.      Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat dijadikan sebagai perbanding untuk penelitian yang akan datang.




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1.      Defenisi
Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistole (> 140) dan sama dengan 90 mmHg diastole (>  90) pada seseorang yang tidak  sedang menggunakan O.A.H (Obat Anti Hipertensi). (Mansjoer dkk, 2001 : 518)
Menurut Ahmad J. Ramadan (2009), Hipertensi juga dapat diartikan sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian.(Sunaryati, 2011 : 55)

2.1.2.      Etiologi
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua golongan,  yaitu :
2.1.2.1.            Hipertensi esensial/primer
Hipertensi esensial/ primeryang ditak diketahui penyebabnya, disebut juga Hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor – faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2.1.2.2.               Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain – lain. (Mansjoer dkk, 2001 : 518)
2.1.3.      Klasifikasi Hipertensi
Kategori
Tekanan sistolik (mmHg)
Tekanan diastolik (mmHg)
Normal
< 120
Dan < 80
Prehipertensi
120 – 139
Atau 80 – 89
Sedang
140 – 159
Atau 90 – 99
Berat
> 160
Atau > 100

(Tabel klasifikasi  hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah)
(Shadine, 2010 : 12)
2.1.4.      Patofisiologigang
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di  toraksdan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsangan emosi, kelenjer adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Suzanne, 2002 : 898 - 899)      
2.1.5.      Tanda hipertensi
Hipertensi sulit disadari karena tidak memiliki gejala khusus. Namun demikian, ada beberapa hal yang dapat di jadikan indicator, sebab berkaitan langsung dengan kodisi fisik. Misalnya :

-    Pusing
-          Sakit kepala
-          Sering gelisah
-          Wajah merah
-          Tengkuk terasa pegal
-          Mudah marah
-          Telinga berdengung
-          Susah tidur
-          Sesak napas
-          Mudah lelah
-          Mata berkunang-kunang dan
-           Mimisan  (Sunaryati, 2011 : 58 - 59)
2.1.6.      Faktor resiko
Adapun faktor – faktor yang mmpertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain sebagai berikut :              -    Keturunan
-          Usia
-          Berat badan yang berlebihan (obesitas)
-          Konsumsi garam yang berlebihan
-          Ras
-          Pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat
-          Stress (kurangnya hiburan)
-          Kurang istirahat
-           Kebiasaan merokok dan minum alkohol (Sunaryati, 2011 : 59 – 60)
2.1.7.      Komplikasi
Hipertensi bila dibiarkan akan terjadi komplikasi seperti :
ü  Penyakit jantung (gagal jantung, kematian mendadak,  kardiomiopati)
ü  Aritmia
ü  Penyakit jantung koroner
ü  Stoke
ü  Aneurisma Aorta (kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi hingga 1,5 kali lebih besar dan beresiko untuk ruptur), sering mengakibatkan kematian mendadak.
ü  Gagal ginjal
ü  Retinopati (penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan)
(Shadine, 2010 : 11)
Target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
ü  Otak          : menyebabkan stroke
ü  Mata          : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat
                    menimbulkan kebutaan
ü  Jantung    : menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk
                  Infark jantung), gagal jantung
ü  Ginjal      : menyebabkan gagal ginjal kronik, gagal ginjal
                  terminal (Shadine, 2010 : 17)



2.1.8.      Pengobatan
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
2.1.8.1.            Pengobatan non obat (non farmakologis)
·          Diet rendah garam
·         Diet rendah kolestrol
·         Diet rendah lemak jenuh
·         Ciptakan keadaan rileks
·         Melakukan olah raga
·         Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2.1.8.2.            Pengobatan dengan obat-obatan ( farmakologis)
·         Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urine) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid.
·         Penghambat simpatis
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita ber aktivitas). Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin, dan Reserpin.



·         Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Obat ini tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronchial. Contoh obatnya adalah Metoprolol, propranolol, dan atenolol.
·         Vasodilator
Obat golongan ini langsung bekerja pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Contoh obatnya adalah Prasosin dan hidralasin. Efek samping : Sakit kepala dan pusing 
·         Penghambat ensim konversi Angitensin
Cara kerja obat golongan ini adalah penghambatan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obatnya adalah Koptopril. Efek samping : Batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.  
·         Antagonin kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contoh obatnya adalah NIfedipin, Diltiasem, dan Verapamil. Efek samping : Sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah.

·         Penghambat reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh obatnya adalah Valsartan (Diovan). Efek samping : Sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. (Shadine, 2010 : 45 - 47)
2.1.9.      Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alcohol di duga berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang membahayakan, diantaranya : 
- Sauna atau ruang uap
- Mandi uap
- Kolam air hangat
- Berendam air panas
- Kolam renang yang hangat
Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengkonsumsi obat-obatan bebas (OTC) yang mengandung Vasokokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah), yang dapat menaikkan tekanan darah. Obat-obatan tersebut seperti :

-          Tetes mata
-          Antihistamin
-          Flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan)
Bagi penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa makanan berikut : 
·         Buah-buahan
·         Sayur
·         Serat
·         Karbohidrat jenis kompleks
·         Vitamin dan mineral
·         Teh
Selain makanan-makanan yang dianjurkan, dalam usaha menerapkan pola hidup sehat, juga ada beberapa makanan yang harus dihindari atau dibatasi, antara lain :
o   Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi ( otak, ginjal, paru-paru, minyak kelapa, dll ).
o   Makanan yang diolah menggunakan garam natrium, misalnya biscuit, cracer, kripik dan makanan kering yang asin.
o   Makanan atau minuman kaleng contohnya sarden, sosi, korned, soft drink dll.
o   Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan, ikan asin, telur asin, selai kacang, dll).
o   Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonise, serta sumber protein hewani yang mengandung banyak kolestrol, seperti daging merah, kuning telur, daging ayam.
o   Penyedap makanan
o   Alcohol serta makanan yang mengandung alcohol
(Purnomo, 2009 : 25, 27 - 31)

2.2. Pengetahuan
2.2.1. Defenisi
      Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “, dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010 : 1 )
                2.2.2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
2.2.2.1.Tahu ( Know )
            Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “ tahu “ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebut, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2.2.2.2.Memahami ( Comprehension )
            Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
2.2.2.3.Aplikasi ( Application )
            Aplikasi diartikan sebagai kemampuan unuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
2.2.2.4.Analisis ( Analysis )
            Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya sau sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja: dapat menggambarkan ( membuat bagan ), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
2.2.2.5.Sintesis ( Synthesis )
            Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

2.2.2.6.Evaluasi ( Evaluation )
            Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria – kriteria yang telah ada.
( Notoatmodjo, 2007 : 140 – 142 )


2.2.3.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
2.2.3.1.Pendidikan
            Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengeahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan.
2.2.3.2.Pekerjaan
            Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara idak langsung.
2.2.3.3.Umur
            Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis ( mental ). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri – ciri lama, keempat, timbulnya ciri – ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
2.2.3.4.Minat
            Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
2.2.3.5.Pengalaman
            Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
2.2.3.6.Kebudayaan Lingkungan Sekitar
            Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu mengaja kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruhi dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.2.3.7.Informasi
            Kemudahan untuk memperoleh suau informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.( Mubarak et al, 2007 : 30 – 31 ).

1 komentar: