BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah yang melebihi normal. Penyakit ini dikategorikan The
Slient Disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darahnya. (Purnomo, 2009 : 11)
Di dunia hampir
1miliar orang atau 10% orang dari seluruh populasi atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1dari setiap 7
kematian ( 7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak,
ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya
25% yang mendapat pengobatan, dan hanya
12,5% yang diobati dengan baik. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus
hipertensi dinegara berkembang tahun 2025 dari jumlah 639 juta kasus di tahun
2000,diperkirakan menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk
saat ini. (Fauziah Rahmah Karim, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19074/5/Chapter%20I.pdf
pada tanggal 5 april 2010 pukul 16.45)
Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di rumah
sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor resiko utama penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah Hipertensi, disamping hiperkolestrollemia dan diabetes
militus. Kutipan dari Menteri Kesehatan Dr.dr.Siti Fadilah Supari,Sp.JP
menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada derah urban dan rudal berkisar
antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap. Sebagian besar
penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara yang terdeteksi
umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya, ujarnya pada Peringatan Hari
Hipertensi tahun 2007 di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jakarta. Sementara kutipan dari Prof.Dr.dr.Budhi Setianto, mengklasifikasikan
tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu Normal (SBP = Sistole Blood
Pressure < 120 mmHg dan DBP = Distole Blood Pressure < 80 mmHg) Pra
Hipertensi (SBP 120-139 mmHg dan DBP 80-89 mmHg) Hipertensi tahap 1 (SBP
140-159 mmHg dan DBP 90-99 mmHg)dan Hipertensi tahap 2 (SBP >160 mmHg dan
DBP >100 mmHg) dan darah tinggi ditandai dengan sakit kepala, jantung
berdebar-debar, sakit ditekuk, mudah lelah, penglihatan kabur dan mimisan (perdarahan
hidung). (Admin,http://www.madina_sk.com/index2.php?option=com_
content&do_pdf=1&id=520 pada tanggal 5 april 2010 pukul
16.30)
Dari 33 propinsi di Indonesia terdapat
8 propinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata – rata nasional yaitu
: Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%),
Jawa Barat (26%), Jawa Timur
(25%), Sumatera Utara (24%), Sumatera
Selatan (24%), Riau (23%), dan
Kalimantan Timur (22%). Sedangkan perbandingan kota di Indonesia kasus
hipertensi cenderung tinggi pada derah urban seperti : Jobodetabek, Medan,
Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30-34%.
Dari hasil survey Dinas Kabupaten
Karo Tahun 2006 ada beberapa puskesmas yang memiliki kasus hipertensi
tertinggi dibandingkan wilayah kerja
puskesmas lainnya, yaitu Puskesmas Berastagi 1067 penderita hipertensi, di
Puskesmas Kabanjahe sebesar 927 kasus
sedangkan Puskesmas Tiga panah berjumlah 785 kasus, yang diketahui. (Fauziah
Rahmah Karim, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19074/5/Chapter%20I.pdf
pada tanggal 5 april 2010 pukul 16.45)
Derdasarkan latar belakang di atas
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang
penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun
2011.
1.2.
Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan ayah tentang penyakit hipertensi di
Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011.
1.3.
Tujuan
Peneliti
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang penyakit hipertensi di Desa Kuta
Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang
penyakit
hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011,
berdasarkan usia.
1.3.2.2.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ayah tentang
penyakit
hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun 2011,
berdasarkan informasi
1.4.
Manfaat
Penelitian
1.4.1. Bagi Penulis
Untuk
menambah wawasan pengetahuan penulis tentang gambaran pengetahuan ayah tentang
penyakit hipertensi di Desa Kuta Suah, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo tahun
2011.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai dokumen di perpustakaan dan sebagai
bahan perbandingan dan refrensi bagi peneliti berikutnya.
1.4.3. Bagi masyarakat di Desa Kuta Suah
Kec. Munte Kab. Karo
Untuk
menambah pengetahuan masyarakat di desa Kuta Suah Kec. Munte Kab. Karo, tentang
penyakit hipertensi.
1.4.4. Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat
dijadikan sebagai perbanding untuk penelitian yang akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Defenisi
Hipertensi adalah
tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistole (> 140) dan
sama dengan 90 mmHg diastole (>
90) pada seseorang yang tidak
sedang menggunakan O.A.H (Obat Anti Hipertensi). (Mansjoer dkk, 2001 :
518)
Menurut Ahmad J.
Ramadan (2009), Hipertensi juga dapat diartikan sebuah kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
resiko kesakitan dan kematian.(Sunaryati, 2011 : 55)
2.1.2. Etiologi
Menurut
penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
2.1.2.1.
Hipertensi
esensial/primer
Hipertensi esensial/ primeryang ditak diketahui
penyebabnya, disebut juga Hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas
susunan saraf simpatis,sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor – faktor yang meningkatkan
resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2.1.2.2.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,dan sindrom cushing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain – lain.
(Mansjoer dkk, 2001 : 518)
2.1.3. Klasifikasi Hipertensi
Kategori
|
Tekanan sistolik (mmHg)
|
Tekanan diastolik (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
Dan < 80
|
Prehipertensi
|
120 – 139
|
Atau 80 – 89
|
Sedang
|
140 – 159
|
Atau 90 – 99
|
Berat
|
> 160
|
Atau > 100
|
(Tabel klasifikasi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan
darah)
(Shadine, 2010 : 12)
2.1.4. Patofisiologigang
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor,
pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di
toraksdan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsangan emosi, kelenjer adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Suzanne,
2002 : 898 - 899)
2.1.5. Tanda hipertensi
Hipertensi sulit
disadari karena tidak memiliki gejala khusus. Namun demikian, ada beberapa hal
yang dapat di jadikan indicator, sebab berkaitan langsung dengan kodisi fisik.
Misalnya :
- Pusing
-
Sakit kepala
-
Sering gelisah
-
Wajah merah
-
Tengkuk terasa pegal
-
Mudah marah
-
Telinga berdengung
-
Susah tidur
-
Sesak napas
-
Mudah lelah
-
Mata berkunang-kunang dan
-
Mimisan (Sunaryati, 2011 : 58 - 59)
2.1.6. Faktor resiko
Adapun faktor –
faktor yang mmpertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain sebagai
berikut : - Keturunan
-
Usia
-
Berat badan yang berlebihan (obesitas)
-
Konsumsi garam yang berlebihan
-
Ras
-
Pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat
-
Stress (kurangnya hiburan)
-
Kurang istirahat
-
Kebiasaan merokok
dan minum alkohol (Sunaryati, 2011 : 59 – 60)
2.1.7. Komplikasi
Hipertensi bila
dibiarkan akan terjadi komplikasi seperti :
ü Penyakit jantung
(gagal jantung, kematian mendadak, kardiomiopati)
ü Aritmia
ü Penyakit jantung
koroner
ü Stoke
ü Aneurisma Aorta
(kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi hingga 1,5 kali lebih
besar dan beresiko untuk ruptur), sering mengakibatkan kematian mendadak.
ü Gagal ginjal
ü Retinopati
(penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan)
(Shadine, 2010 : 11)
Target kerusakan
akibat hipertensi antara lain :
ü Otak : menyebabkan stroke
ü Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan
dapat
menimbulkan kebutaan
ü Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner
(termasuk
Infark jantung), gagal jantung
ü Ginjal : menyebabkan gagal ginjal kronik, gagal
ginjal
terminal (Shadine, 2010 : 17)
2.1.8. Pengobatan
Pengobatan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
2.1.8.1.
Pengobatan
non obat (non farmakologis)
·
Diet rendah garam
·
Diet rendah kolestrol
·
Diet rendah lemak jenuh
·
Ciptakan keadaan rileks
·
Melakukan olah raga
·
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2.1.8.2.
Pengobatan
dengan obat-obatan ( farmakologis)
·
Diuretik
Obat-obatan
jenis diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urine)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid.
·
Penghambat simpatis
Golongan
obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita ber aktivitas). Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin, dan
Reserpin.
·
Betabloker
Mekanisme
kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Obat ini tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma
bronchial. Contoh obatnya adalah Metoprolol, propranolol, dan atenolol.
·
Vasodilator
Obat
golongan ini langsung bekerja pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Contoh obatnya adalah Prasosin dan hidralasin. Efek samping
: Sakit kepala dan pusing
·
Penghambat ensim konversi Angitensin
Cara
kerja obat golongan ini adalah penghambatan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obatnya adalah Koptopril. Efek
samping : Batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.
·
Antagonin kalsium
Golongan
obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Contoh obatnya adalah NIfedipin, Diltiasem, dan Verapamil.
Efek samping : Sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah.
·
Penghambat reseptor Angiotensin II
Cara
kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh obatnya
adalah Valsartan (Diovan). Efek samping : Sakit kepala, pusing, lemas, dan
mual. (Shadine, 2010 : 45 - 47)
2.1.9. Pencegahan
Hipertensi dapat
dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup.
Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alcohol di duga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya
belum diketahui pasti. Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya
menghindari beberapa aktivitas tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah
dan frekuensi jantung pada tingkat yang membahayakan, diantaranya :
- Sauna atau ruang
uap
- Mandi uap
- Kolam air hangat
- Berendam air
panas
- Kolam renang
yang hangat
Pasien hipertensi
harus lebih berhati-hati mengkonsumsi obat-obatan bebas (OTC) yang mengandung
Vasokokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah), yang dapat menaikkan tekanan
darah. Obat-obatan tersebut seperti :
-
Tetes mata
-
Antihistamin
-
Flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung
dekongestan)
Bagi penderita
hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa makanan berikut :
·
Buah-buahan
·
Sayur
·
Serat
·
Karbohidrat jenis kompleks
·
Vitamin dan mineral
·
Teh
Selain
makanan-makanan yang dianjurkan, dalam usaha menerapkan pola hidup sehat, juga
ada beberapa makanan yang harus dihindari atau dibatasi, antara lain :
o Makanan yang berkadar
lemak jenuh tinggi ( otak, ginjal, paru-paru, minyak kelapa, dll ).
o Makanan yang
diolah menggunakan garam natrium, misalnya biscuit, cracer, kripik dan makanan
kering yang asin.
o Makanan atau
minuman kaleng contohnya sarden, sosi, korned, soft drink dll.
o Makanan yang
diawetkan (dendeng, asinan, ikan asin, telur asin, selai kacang, dll).
o Susu full cream,
mentega, margarine, keju mayonise, serta sumber protein hewani yang mengandung
banyak kolestrol, seperti daging merah, kuning telur, daging ayam.
o Penyedap makanan
o Alcohol serta
makanan yang mengandung alcohol
(Purnomo,
2009 : 25, 27 - 31)
2.2.
Pengetahuan
2.2.1.
Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu
“, dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010 : 1 )
2.2.2. Tingkat
pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yakni:
2.2.2.1.Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai
mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, “ tahu “ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebut, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
2.2.2.2.Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
2.2.2.3.Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan unuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
2.2.2.4.Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen –
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih
ada kaitannya sau sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata – kata kerja: dapat menggambarkan ( membuat bagan ),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
2.2.2.5.Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk
kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
2.2.2.6.Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria –
kriteria yang telah ada.
( Notoatmodjo, 2007 : 140 – 142 )
2.2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan
2.2.3.1.Pendidikan
Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar
mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin
banyak pula pengeahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai – nilai yang baru diperkenalkan.
2.2.3.2.Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan
dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun secara idak langsung.
2.2.3.3.Umur
Dengan bertambahnya
umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis ( mental
). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri – ciri lama, keempat, timbulnya ciri – ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
2.2.3.4.Minat
Sebagai suatu
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
2.2.3.5.Pengalaman
Adalah suatu kejadian
yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk
melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka
secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
2.2.3.6.Kebudayaan Lingkungan Sekitar
Kebudayaan dimana kita
hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap
kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan
lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk
selalu mengaja kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruhi
dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
2.2.3.7.Informasi
Kemudahan untuk
memperoleh suau informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru.( Mubarak et al, 2007 : 30 – 31 ).
mas bro DAPUS nya ko kga ade :)
BalasHapus