Jumat, 23 Maret 2012

lamaran kerja klinik


Hal   : LamaranKerja                                                                           Medan,13Desember2011     

KepadaYth                                                                                                                                          Bapak/ Ibu Pimpinan                                                                                                                           KLINIK SPESIALIS BUNDA                                                                                                         
  Di –
Tempat

Dengan hormat,           
            Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan lamaran kerja di Klinik yang bapak/ibu pimpin. Dengan kemampuan yang saya miliki sebagai tenaga kesehatan yang siap bekerja dengan penuh tanggung jawab seperti yang diharapkan.
            Nama                          Iskandar Harahap. AMK
            Tempat/ Tgl. Lahir       :  Tapian Nadenggan 08 September 1986
            Jenis Kelamin               :  laki-laki                                                                   
Status Perkawinan        :  Belum Menikah                                                        
Pendidikan                   :  D-III Keperawatan                                                                
Alamat                         :  Jln. Bigjen Katamso, Gang. Adil No. 17 Medan
Hp                               :  082117333257
                                   

            Sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu, saya lampirkan :
1.      Foto copy ijazah                                                                      1 lembar
2.      Foto copy Transkip nilai                                                           1 lembar
3.      Daftar riwayat hidup                                                                  1 lembar
4.      Foto copy SIP                                                                          1 lembar
5.      Pas photo 4x6 Warna                                                               2 lembar
6.      Foto copy KTP                                                                        1 lembar                                                                                                                                 
Demikian surat lamaran ini saya perbuat dengan sebenarnya, besar harapan saya dapat di berikan kesempatan untuk bergabung dan bekerja di Klinik yang bapak/ibu pimpin. Saya bersedia di panggil untuk interview, Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.


                                                                                               
                                                                                                            Hormat Saya,


                                                                                                Iskandar Harahap. AMK

KB tambahan laecha


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik seperti imunisasi Meningitis.       ( A. Aziz Alimul Hidayat, 2005 : 101)
Angka kematian bayi di Indonesia sangat tinggi, menduduki peringkat keenam dengan angka sekitar 6 juta bayi yang meninggal. Urutan pertama India dengan angka kematian 44 juta, kedua China dengan angka kematian 18 juta, ketiga Nigeria dengan angka kematian 7 juta dan ke lima Bangladesh dengan angka kematian 6 juta bayi. Kasus kematian bayi di Indonesia ini disebabkan oleh Invassive Pneumococcus Disease ( IPD ). Kelompok yang paling rentan dengan penyakit ini adalah bayi berusia di bawah 2 tahun. (Kompas, 29 April 2008)
Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), Pneumonia dan Meningitis membunuh lebih dari 2 juta bayi pertahun. Secara garis besar, meningitis disebabkan oleh tiga faktor : Virus, Jamur, dan Bakteri. Sedangkan pneumokokus disebabkan oleh bakteri.  (http://www.tempointeraktf.com/)
Di Indonesia, dari 4,6 juta kelahiran hidup tiap tahun hanya 0,6 persen yang mendapat vaksin meningitis. Padahal, tingkat penderita meningitis di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada 2005, setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 36 kasus meningitis. (http:// rasadurian. wordpress.com /2010/12/13/meningitis/)
Di Sumatera Utara berdasarkan laporan tahun 2008, ditemukan 29.124 balita menderita pneumonia dan diperkirakan 283 diantaranya berasal dari Tanah Karo. (http://www.tim-penyusun-sumut.content&view:88:90)
Selain meningitis dan pneumonia, penyakit Rubella dan demam typoid juga merupakan penyakit infeksi pada anak dan dewasa muda. Penyakit Rubella bila menginfeksi pada anak akan menimbulkan gejala dan efek yang menyerupai campak hanya saja dalam bentuk yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi jika infeksi ini terjadi pada wanita hamil muda ( terutama pada trimester pertama ) penyakit ini dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau janin yang dilahirkan menderita cacat seumur hidup yang sering dikenal sebagai Sindrom Rubella Congenital/ SRK. Kecacatan SRK dapat berupa katarak pada mata, tuli, dan kelainan jantung. Penyakit rubella dapat dicegah dengan imunisasi. Pada tahun 2000-2003 dilaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) Campak di beberapa daerah di Indonesia, namun setelah dilakukan investigasi KLB, ternyata ditemukan sekitar 30%-100% kasus Rubella yang gejalanya menyerupai campak. Berdasarkan hal tersebut di atas maka mulailah dipertimbangkan untuk melakukan pencegahan dengan imunisasi rubella menggunakan vaksin MMR (Meales, Mumps, and Rubella). (http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/docu mentation/360208pdf/sarwo.pdf/)
Menurut DEPKES, angka kematian akibat penyakit demam Typoid di Indonesia masih tinggi, sekitar 360 sampai 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun. ( Priyono, 2010 : 157 )
Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak-anak, dan orang dewasa meninggal penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini karena kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi. Bayi-bayi yang baru lahir, anak-anak usia muda yang bersekolah dan orang dewasa sama-sama memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular yang mematikan, seperti influenza, tipus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya yang sewaktu-waktu muncul dan mematikan. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik yang sangat vital agar bayi-bayi, anak-anak muda dan orang dewasa terlindungi adalah dengan memberikan imunisasi. (Ronald H. S, 2011 : 177)
Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Ibu yang memiliki Anak Berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe tahun 2011”


1.2 Perumusan masalah
Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Berusia 0-12 tahun Tentang Pemberian Imunisasi Tambahan di Klinik Nd. Retno tahun 2011?”
1.3       Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki bayi, balita, dan anak tentang pemberian imunisasi tambahan di Klinik Nd. Retno tahun 2011.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui  pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan berdasarkan pendidikan ibu di klinik Nd. Retno tahun 2011.
2.      Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki  anak berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan berdasarkan pekerjaan di klinik Nd. Retno tahun 2011.
3.      Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan berdasarkan sumber informasi di Klinik Nd. Retno tahun 2011.


1.4       Manfaat penelititan
1.      Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khususnya tentang Imunisasi tambahan.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi di perpustakaan di Akademi Kebidanan dan Keperawatan Takasima Kabanjahe
3.      Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan acuan dalam penerapan imunisasi tambahan di Klinik Retno Kabanjahe.
4.      Bagi Peneliti berikutnya
Sebagai perbandingan pada peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian yang akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengetahuan
2.1.1    Pengertian
            Pengetahuan ( knowledge ) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Sedangkan ilmu ( science) bukan sekedar menjawab “what”, melainkan akan menjawab pertanyaan “ why and how”.                      ( Notoatmojo, 2010 : 1 )
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior ).          ( Notoatmojo, 2007 : 139 )
2.1.2    Tingkat Pengetahuan
     Tingkat pengetahuan, pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1.   Tahu ( Know)
 Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tenang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2.   Memahami ( Comprehension )
Diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makana yang bergizi.
3.   Aplikasi ( Aplication)
Di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah ( problem solving cycle ) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.   Analisis ( Analysis )
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, terapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5.   Sintesis (synthesis)
Menunjukkan pada satu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk “ keseluruhan” yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusu, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6.   Evaluasi ( Evaluation )
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antar anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur atau subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ingin ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2003 : 140-142 )
2.1.3.   Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :
1.      Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal dapat agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri bahwa tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
2.      Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3.      Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
4.      Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencobadan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5.      Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam interksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalamanterhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangan mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6.      Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
7.      Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.           ( Mubarak, et al, 2007 : 30-31 )
2.2       Imunisasi
2.2.1.   Pengertian
Kata imun berasal dari bahasa latin immunitas yang berarti pembebasan ( kekebalan ) yang diberikan kepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warga Negara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit dan lebih spesifik lagi terhadap penyakit menular. ( Ronald, 2011 : 175-176 )
Imunisasi adalah memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan ( dalam bentuk vaksin ) atau dengan bentuk racun yang sudah dilemahkan dengan panas atau bahan kimia ( disebut toksoid ), ke dalam tubuh, yang akan membuat antibodi yang akan diproduksi yang sama dengan antibodi yang akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut. ( Priyono, 2010 : 145 )
2.2.2    Tujuan Pemberian Imunisasi
            Adapun tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:
1.      Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2.      Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3.      Imunisasi menurunkan angka morbiditas ( angka kesakitan ) dan  mortalitas ( angka kematian ) pada bayi.
2.2.3    Manfaat Imunisasi           
1.      Untuk anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat.
2.      Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3.      Untuk Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, mencibtakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.                          ( Proverawati, 2010 : 5 )


2.2.4    Jenis Imunisasi
            a. Imunisasi Wajib
                        Imunisasi Wajib adalah Imunisasi yang harus diberikan pada bayi. dengan imunisasi wajib, maka bayi akan terlindungi terhadap penyakit yang kerap menyerang. Di antara berbagai jenis imunisasi yang termasuk imunisasi wajib adalah : Imunisasi BCG, Imunisasi DPT, Imunisasi Polio, Imunisasi Campak, Imunisasi Hepatitis B.
            b. Imunisasi Tambahan
                        Selain Imunisasi wajib, imunisasi tambahan sebaiknya diberikan juga kepada bayi. Dengan imunisasi tambahan maka bayi akan lebih banyak mempunyai perlindungan terhadap penyakit. Adapun yang termasuk dalam kategori imunisasi tambahan di sini adalah : MMR, Imunisasi Demam Tifoid, Imunisasi Radang selaput otak haemophilus Influenzae tipe B (Hib), Imunisasi Hepatitis A.                                                                                                                   ( Priyono, 2010 : 145 – 155 )
2.2.5    Imunisasi Tambahan
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini tidak rutin dilakukan, karena hanya ditujukan untuk menanggulangi penyakit tertentu. ( Proverawati, 2010 : 14 )
2.2.6.   Macam-macam Imunisasi Tambahan
2.2.6.1 Imunisasi MMR
Pemberian Imunisasi MMR bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (meales), gondong (mumps), dan campak jerman (Rubella) dalam waktu bersamaan. Vaksin MMR mengandung ketiga jenis virus campak, gondong dan rubella yang masih hidup tetapi telah dilemahkan. Ketiga virus itu dibekukan, kemudian dikemas dalam bentuk kemasan tunggal sebagai vaksin MMR.
Pemberian
            Imunisasi diberikan dengan satu kali suntikan setelah anak berumur 15 bulan. Pemberian imunisasi yang agak lambat ini agar pembentukan antibodi akibat penyuntikan tidak terganggu oleh kekebalan pasif yang diperoleh bayi dan ibunya. Vaksinasi ulang diperlukan pada usia 11 tahun ke atas. (Priyono,2010 : 156),
            Dosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml. Vaksin harus diberikan, meskipun ada riwayat infeksi campak, gondongan, rubella, atau imunisasi campak.
Cara Pemberian
            Pemberian vaksin ini dengan melalui suntikan secara IM ( Intramuskular ) atau SC ( Subcutan ) dalam. ( Muslihatun, 2010 : 232 )


Kekebalan
            Daya proteksi vaksin MMR sangat baik yaitu dapat mencapai 95-99%. Meskipun sudah mempunyai kekebalan akibat imunisasi, hendaknya ibu hamil menghindari diri dari penderita rubella.
Reaksi Imunisasi
            Biasanya tidak terjadi reaksi imunisasi. Kadang-kadang timbul kenaikan suhu ringan pada hari kelima atau ke tujuh, atau rasa nyeri dan kemerahan kulit pada tempat suntikan.
Efek Samping
Akibat samping yang terjadi sesuai dengan yang dijumpai pada masing-masing jenis vaksin. Efek samping vaksin gondong jarang di jumpai, bila ada dapat berupa timbulnya bercak merah, dan rasa gatal pada kulit. Sebenarnya akibat samping ini jarang terjadi dan tidak perlu di risaukan. Vaksin rubella tidak menimbulkan efek samping. (Priyono, 2010 : 155-156 )
Kontra Indikasi
            Imunisasi MMR tidak boleh diberikan, jika mengalami beberapa kondisi, seperti :
a)         Alergi terhadap antibiotic neomycin
b)         Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi
c)         Individu yang menderita penyakit atau menerima pengobatan yang menekan system kekebalan tubuh, seperti cortisone atau prednisolon
d)        Menderita infeksi yang akut. (Proverawati dan Andhini, 2010 : 75-76)                                                                                                                        
2.2.6.2 Imunisasi Demam Tifoid
            Imunisasi ini diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif terhadap penyakit demam tifoid, yaitu sehari-hari dikenal sebagai penyakit tifus.
            Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan kuman. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut memperbanyak diri dalam sel tubuh dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
Pemberian
Vaksin suntikan diberikan sekali mulai umur 2 tahun harus diulang setiap 3 tahun karena vaksin ini tidak mempunyai efek penguat. Sedangkan vaksin oral diberikan pada umur 6 tahun atau lebih, karena pada anak tersebut sudah bisa menelan kapsul. Kapsul tidak boleh dibuka, karena vaksin akan  dirusak oleh asam lambung. Kemasan vaksin oral terdiri dari 3 kapsul yang diminum sekali sehari dengan selang 1 hari. ( Priyono, 2010 : 158 )
Cara pemberian
            Vaksin suntikan diberikan secara IM (Intramuskular) atau SC (Subcutan) dalam pada daerah gluteal  atau paha dengan dosis 0,5 ml. vaksin suntikan diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin ulangan diberikan setiap 3 tahun  
Vaksin oral diberikan secara oral yang dikemas dalam bentik kapsul, disimpan pada suhu 2-80C. Vaksin diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dalam 3 dosis dalam interval selang sehari ( hari 1,3,5 ). Vaksin ulangan diberikan setiap 3-5 tahun. Vaksin diminum 1 jam sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 370C. Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dipecahkan karena dapat rusak oleh asam lambung. (Muslihatun, 2010 : 232-233)
Reaksi Imunisasi
Reaksi vaksin ini dapat menimbulkan demam ringan sebanyak 5 % kasus dan pada tempat bekas suntikan terasa nyeri ringan dan kadang-kadang timbul kemerahan dan pembengkakan. Pada pemberian vaksin oral dijumpai demam, mencret, muntah dan kemerahan kulit pada sekitar 5-8 % anak. Bila terjadi demam dapat diberikan obat penurun panas seperti parasetamol, tempra atau panadol. Kompres dengan air hangat dapat diberikan bila terjadi kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Bila anak mencret dan muntah berikanlah lebih banyak air minum air putih atau oralit. ( Priyono, 2010 : 158 )
Efek Samping
            Terjadi reaksi lokal ( bengkak, nyeri, kemerahan ditempat penyuntikan ). Reaksi sistemik seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea dan nyeri otot jarang dijumpai. ( Muslihatun, 2010 : 233 )

Kekebalan
            Daya lindung vaksin tifus, baik vaksin oral maunpun vaksin suntikan, cukup baik. Uji coba vaksin oral di Indonesia memberikan daya lindung 42-53%, sedangkan vaksin suntikan memberikan perlindungan 70-85%. (Priyono, 2010 : 158 )
Kontra Indikasi
            Kontra indikasi vaksin ini antara lain alergi bahan ajuvan vaksin dan demam.   ( Muslihatun, 2010 : 233 )
2.2.6.3 Imunisasi Radang Selaput Otak  Haemophilus Influenzae Tipe B (Hib)
Di Indonesia pada saat ini telah beredar vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh kuman haemophilus influenza tipe B ( Hib ).
Pemberian
Vaksin Hib mengandung bagian dinding kuman yang telah dipisahkan dan sangat dimurnikan. Pada saat ini di Indonesia telah beredar 2 jenis yaitu Act HIB buatan Pasteur-Meerieuex, Perancis dan PadvaxHIB buatan Merck&Co, USA. Kedua vaksin ini mengandung bahan dasar bagian dinding kuman Hib yang dimurnikan tetapi memakai konyugat berbeda. ( Priyono, 2010 : 159 )
Imunisasi diberikan pada bayi berumur 2, 3, 5 bulan. Imunisasi ini di berikan 3 kali. Kali pertama ketika berumur 2 bulan, kali kedua 3 bulan, dan kali ketiga ketika berumur 5 bulan. (Proverawati, 2010 : 65 )
Cara Pemberian
            Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml, diberikan secara IM                         ( Intramuskular ). (Muslihatun, 2010 : 230 )
Efek Samping
Setelah pemberian imunisasi ini, biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku ditempat suntikan. Biasanya berlaku sampai 3 hari. Kadang demam juga bisa terjadi. Efek samping ini terjadi dengan penyakit yang disebabkan oleh Hib.                ( Proverawati dan Andhini, 2010 : 65 )
2.2.6.4 Imunisasi Hepatitis A        
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis A. Di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini telah beredar vaksin Hepatitis A, yaitu havrix yang mengandung virus hepatitis A yang telah di lemahkan.
Pemberian
Imunisasi dasar hepatitis A dengan vaksin havrix diberikan dua kali dengan selang waktu dua-empat minggu. Dosis ketiga diberikan enam minggu setelah penyuntikan pertama. Suntikan diberikan pada daerah lengan atas. (Priyono, 2010 : 160)


Cara pemberian
            Imunisasi aktif dibuat dari virus yang dimatikan. Dosis vaksin 720 U diberikan dua kali secara IM ( Intramuskular ) di daerah deltoid. ( Muslihatun, 2010 : 233 )
Reaksi Imunisasi
            Jarang terjadi, biasanya berupa kemerahan dan pembengkakan pada daerah suntikan, kadang-kadang demam, lesu, perasaan lelah,mual, muntah dan hilang nafsu makan. Bila terjadi demam bisa diberikan obat penurun panas seperti panadol, atau tempra. Kompres dengan air hangat bila terjadi pembengkakan pada daerah bekas suntikan. ( Priyono, 2010 : 160 )
Kekebalan
Ketiga dosis tersebut dapat memberikan perlindungan selama 10 tahun.           ( Priyono, 2010 : 159-160 )
2.2.6.5 Imunisasi  Pneumokokus
Imunisasi Pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit radang paru, yang mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan bakteri Streptokokus Pneumonia, yang juga dikenal sebagai Pneumokokus.

Pemberian
Imunisasi pada usia 2, 4, 6, 12 bulan. WHO telah merekomendasikan pencatuman prioritas vaksin konjugat radang paru 7-valent ( PCV7 ) dalam program imunisasi pada masa kanak-kanak nasional di seluruh dunia sejak tahun 2007. Vaksin yang dikenal sebagai Prevenar, telah terbukti hampir 100 % efektif terhadap terhadap penyakit pneumokokus. Vaksin ini berisi gula dari tujuh jenis bakteri pneumokokus yang berlainan, yang disambung secara individual dengan protein toksoid difteri yang tidak aktif. Vaksin ini juga berisi konsentrasi kecil bahan tambahan yaitu aluminium fosfat, garam dan air. ( Proverawati, et al, 2010 : 69-70 )
Cara Pemberian
Vaksin diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara intramuscular atau subkutan dalam daerah deltoid atau paha anterolateral.   (Muslihatun, 2010 : 230 )
Efek Samping
a.             Sedikit bengkak, merah dan sakit di tempat suntikan
b.            Demam rendah
c.             Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diare
d.            Reaksi parah jarang sekali.                                                                                ( Proverawati et al, 2010 : 70 )

2.2.6.6 Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang dilakukan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap penyakit varicella atau cacar air. Jika yang terserang cacar air adalah anak-anak biasanya bisa sembuh tanpa ada masalah.
Pemberian Imunisasi
Pemberian pada anak hanya diperlukan satu dosis vaksin. Satgas imunisasi IDAI merekomendasikan pemberian vaksin ini usia 10-12 tahun,
Cara pemberian
Dosis tunggal 0,5 ml secara subkutan.
Kekebalan
            Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varicella tapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan. vaksin varicella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
Efek Samping
            Efek samping dari vaksin varicella biasanya ringan, yaitu berupa : demam, nyeri dan pembengkakan ditempat penyuntikan, ruam cacar air yang terlokalisir ditempat penyuntikan.
            Efek samping yang lebih berat adalah : kejang demam, pneumonia, reaksi alergi sejati, ensefalitis, penurunan koordinasi otot.
Kontra indikasi
Antara lain : Demam tinggi, bila hitung limfosit kurang dari 1200/Ui, defisiensi imun seluler seperti pengobatan keganasan, pengobatan kortikosteroid dosis tinggi ( 2 mg/kgBB/hari atau lebih ) serta alergi neomisin. (http://www.balita-anda.com/fatherhood/661-imunisasi-pada-anak.html
2.2.7    Jadwal Pemberian Imunisasi yang dianjurkan
Jenis Imunisasi
Jlh Pemberian
Waktu (Usia) Pemberian
Booster /Pengulangan
Penyakit
MMR
2
1 tahun atau lebih
10 tahun atau lebih
Measles, mumps, rubella
HiB
4
2 bulan atau lebih
4 bulan atau lebih
6 bulan atau lebih
1 tahun atau lebih
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A (2 atau 3 dosis)
1
2 tahun atau lebih
Hepatitis A
Suntikan Typhim Vi
2 tahun atau lebih
diulang tiap 3 tahun
Demam Tifoid Oral (vivotif 3 dosis)
1
6 Tahun atau lebih
Thypus
Varisela
1
10 tahun atau lebih
Cacar Air

BAB 3
        METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Berusia 0-12 Tahun Tentang Imunisasi Tambahan di Klinik  Retno Tahun 2011” sebagai berikut:

Variable Independen                                                Variable Dependen
1.    Pendidikan
2.    Pekerjaan
3.    Sumber informasi

 
              
Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 tahun tentang imunisasi tambahan

 
        
 


3.2 Defenisi Operasional 
3.2.1 Pengetahuan
            Pengetahuan ialah kemampuan ibu untuk menjawab dengan benar pertanyaan yang di berikan melalui quisioner tentang imunisasi tambahan.
3.2.2 Ibu
        Seorang wanita yang pernah melahirkan, dan telah menikah.
3.2.3 Anak
            Seorang yang berusia 0-12 tahun.


     3.2.4 Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah imunisasi yang diberikan sebagai tambahan dari imunisasi dasar.
3.2.5 Pendidikan
Pendidikan formal yang terakhir yang pernah diselesaikan ibu, dengan kategori:
a.       SD
b.      SMP
c.       SMA
d.      Perguruan Tinggi
e.       Tidak sekolah
3.2.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu  yang dapat menghasilkan uang atau tidak, dengan kategori:
Bekerja           : PNS, Wiraswasta, Petani
Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga
3.2.5  Sumber informasi
Sumber informasi adalah alat sarana yang digunakan oleh ibu untuk mendapatkan informasi.
1.         Media Elektronik :  TV, Radio
2.         Media cetak          :  Koran, Majalah, brosur, Dll
3.         Petugas kesehatan
4.         Keluarga
5.         Teman
6.         Lingkungan sekitar
3.3  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan  ibu yang memiliki anak berusia 0-12 tahun tentang pemberian imunisasi tambahan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah di Klinik Nd. Retno Kabanjahe.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dari Tanggal 10 s/d 17 Juli  Tahun 2011



3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Yang menjadi populasi  dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki Anak berusia 0-12 tahun yang datang saat peneliti melakukan penelitian di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011 yaitu sebanyak 35 orang.
3.5.2  Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, yaitu sebanyak 35 orang.
3.6  Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer yaitu data yang diproleh langsung dari responden dengan menggunakan quisioner. Sebelum membagikan quisioner pada responden, peneliti  terlebih dahulu menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut kemudian memberikan kesempatan kepada ibu untuk menjawab sejumlah pertanyaan/pernyataan. Setelah selesai maka di kumpulkan saat itu juga.
3.7  Aspek Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban responden dari seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan. Jumlah soal pengetahuan adalah 30 pertanyaan menurut skala guttman. Apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
 
Keterangan:
P          : Persentase
F          : Jumlah Jawaban Yang Benar
N         : Jumlah Soal
Selanjutnya setelah keseluruhan jawaban dihitung dan jumlahkan berdasarkan skala ordinal maka hasilnya dikelompokkan dengan kategori:  
1.      Baik dengan persentase 76-100%, apabila responden dapat menjawab  benar sebanyak 23-30 pernyataan.
2.      Cukup dengan persentase 56-75%, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 17-22 pernyataan.
3.      Kurang dengan persentase 40-55%, apabila responden dapat menjawab benar sebanyak 12-16 pernyataan.
3.8 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan  langkah-langkah sebagai berikut:
3.8.1 Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
3.8.2 Coding
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden.

3.8.3 Tabulasi
Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif.
3.9  Analisis Data
Analisa dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 responden mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan di Klinik Retno Tahun 2011 maka didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Gambaran Pengetahuan ibu yang Memiliki Anak Berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan di klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011.
Tabel 1
Distribusi, Frekuensi dan Persentase Pengetahuan ibu yang Memiliki Anak Berusia 0-12 Tahun Tentang Imunisasi Tambahandi Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011
No
Pengetahuan
F
%
1
Baik
6
17,14
2
Cukup
19
54,28
3
Kurang
10
28,57
Total
35
100
            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 35 responden, mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang ( 54, 28% ), dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 6 orang ( 17,14% ).
4.1.2 Gambaran Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Pendidikan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011
Tabel 2
Distribusi, Frekuensi dan Persentase Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun Tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Pendidikan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011
Pendidikan
Baik
Cukup
Kurang
Total
F
%
F
%
F
%
F
%
SD
-
-
-
-
2
5,71
2
5,71
SMP
1
2,85
8
22,85
6
17,14
15
42,85
SMA
3
8,53
11
31,42
2
5,71
16
45,71
P. Tinggi
2
5,71
-
-
-
-
2
5,71
Total
6
17,14
19
54,28
10
28,57
35
100
            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 16 responden berpendidikan SMA mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (31,42%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (5,71%). Dari 15 orang responden berpendidikan SMP, mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 8 orang (22,85%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,85%). Dari 2 orang responden yang berpendidikan SD berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (5,71%). Dan dari 2 orang responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi berpengetahuan baik sebanyak 2 orang ( 5,71 % ).

4.1.3 Gambaran Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Pekerjaan di Klinik Nd Retno Tahun 2011
Tabel 3
Distribusi, Frekuensi, Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Pekerjaan di Klinik Nd. Retno Kabanjahe Tahun 2011
Pekerjaan
Baik
Cukup
Kurang
Total
F
%
F
%
F
%
F
%
Bekerja
5
14,28
12
34,28
3
8,57
20
57,14
Tidak bekerja
1
2,85
7
19,99
7
19.99
15
42,84
Total
6
17,13
19
54,27
10
28,57
35
100
            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20 orang responden yang bekerja  mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang ( 34,28% ) minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang ( 8,57% ). Dan dari 15 orang responden yang tidak bekerja mayoritas berpengetahuan cukup dan kurang sebanyak 7 orang ( 19,99% ) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 1 orang ( 2,85% ).


4.1.4 l Gambaran Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Sumber informasi
Tabel 4
Distribusi, Frekuensi, dan persentase Pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 Tahun tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Sumber Informasi di Klinik Nd Retno Kabanjahe Tahun 2011.
S. Informasi
Baik
Cukup
Kurang
Total
F
%
F
%
F
%
F
%
M. Elektronik
-
-
4
11,42
2
5,71
6
17,14
M. Cetak
1
2,85
7
19,99
5
14,28
13
37,14
P. Kesehatan
5
14,28
1
2,85
-
-
6
17,14
Teman
-
-
5
14,28
2
5,71
7
19,99
Keluarga
-
-
2
5,71
1
2,85
3
8,57
Total
6
17,14
19
54,28
10
28,57
35
100
            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 13 orang responden yang memperoleh informasi dari media cetak mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang ( 19,99 % ) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 1 orang ( 2,85 % ). Dari 7 responden yang memperoleh informasi dari teman mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 5 orang ( 14,28 % ) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang ( 5,71 % ). Dari 6 orang responden yang memperoleh informasi dari media elektronik mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 4 orang ( 11,42 % ) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang ( 5,71 % ). Dari 6 orang responden yang memperoleh informasi dari petugas kesehatan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 5 orang ( 14,28 % ) minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 1 orang ( 2,85 ). Dan dari 3 orang responden yang memperoleh informasi dari keluarga mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 2 orang ( 5,71 % ) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang ( 2,85 % ).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Pengetahuan Ibu
             Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa dari 35 responden, mayoritas  berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang  dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 6 orang.
            Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Mubarak : 2007, dimana pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak natau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.
            Menurut asumsi peneliti mayoritas ibu berpengetahuan cukup karena kurangnya rasa ingin tahu ibu tentang imunisasi tambahan sehingga mereka tidak berusaha untuk mencari informasi yang lebih mendalam. namun hal ini dapat ditingkatkan dengan mengikuti penyuluhan tentang imunisasi tambahan yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada ibu pada saat datang ke klinik.
4.2.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan
            Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden berpendidikan SMA mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang ( 31,42 % ) dan responden berpendidikan SD dan SMP minoritas berpengetahuan baik dan kurang sebanyak  2  orang  ( 2,85 % ).
            Hal ini  sejalan dengan teori Mubarak : 2007, dimana makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
            Menurut asumsi peneliti tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap sesuatu hal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya. Seseorang yang tingkat pendidikanya tinggi memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu yang baru dan berusaha untuk menerima ilmu baru tersebut untuk menambah wawasannya.
4.2.3 Gambaran Pengetahuan Ibu berdasarkan Pekerjaan
            Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang bekerja  mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang ( 34,28% ) dan responden yang tidak bekerja  minoritas berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,85% ).         Hal ini sejalan dengan teori Mubarak : 2007, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
            Menurut asumsi peneliti, pekerjaan dapat mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Hal ini disebabkan karena lingkungan pekerjaan mereka memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan. Selain itu, pengalaman dari teman dalam bekerja dan infomasi yang diberikan secara tidak langsung dapat menambah pengetahuan seseorang.
4.2.4 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Sumber Informasi
            Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang memperoleh sumber informasi dari media cetak mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak  7 orang ( 19,99 % ). Dan responden yang memproleh sumber informasi dari keluarga minoritas  berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang ( 2,85% ).
            Hal ini sejalan dengan teori Mubarak : 2007, dimana kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
            Menurut asumsi peneliti, responden dapat dengan cepat dan mudah menambah pengetahuannya melalui media cetak. Semakin mudah responden memperoleh informasi akan semakin mempercepat bertambahnya pengetahuan responden terhadap informasi yang diberikan. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa sumber informasi member pengaruh yang besar terhadap peningkatan penegetahuan seseorang.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Hasil Penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia 0-12 tahun tentang Imunisasi Tambahan di Klinik Retno Tahun 2011 dengan 35 Responden, Peneliti menyimpulkan bahwa :
1.      Distribusi Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Tambahan adalah Mayoritas Ibu berpengetahuan Cukup sebanyak 19 orang ( 54,28 % ) dan Minoritas berpengetahuan baik sebanyak 6 orang ( 17,14 % )
2.      Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi tambahan berdasarkan Pendidikan adalah mayoritas ibu  berpendidikan SMA berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang ( 31,42 % ) dan minoritas ibu berpendidiksn SD dan Perguruan  Tinggi berpengetahuan baik dan kurang  sebanyak 1 orang ( 2,85 % ). Maka pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.
3.      Gambaran pengetahuan ibu tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Pekerjaan adalah mayoritas ibu yang bekerja berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang ( 34,28% ) dan minoritas ibu yang tidak bekerja berpengetahuan baik sebanyak 1 orang ( 2, 85% ). Maka lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengetahuan.
4.      Distribusi pengetahuan ibu tentang Imunisasi Tambahan berdasarkan Sumber informasi adalah Mayoritas ibu yang memperoleh informasi   darnformasi dari keluarga minorotas berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang ( 2,85 % ).  Semakin muda responden memperoleh informasi maka akan semakin memcepat bertambahnya pengetahuan responden.

5.2 Saran
1. Bagi ibu yang memiliki anak 0-12 tahun
            Disarankan bagi ibu agar memperdalam pengetahuannya khususnya tentang Imunisasi  Tambahan dengan cara membaca buku ( media cetak ) dan mencari sumber-sumber informasi lain.
2. Bagi Klinik Retno
            Disarankan kepada pihak Klinik Retno agar memberikan penyuluhan tentang Imunisasi tambahan sehingga dapat mencegah KLB pada bayi terhadap penyakit-penyakit tertentu yang mematikan
3. Bagi Institusi Pendidikan
            Disarankan kepada pihak institusi agar menambah Literatur tentang Imunisasi Tambahan di perpustakaan sehingga dapat menambah wawasan mahasiswi khususnya tentang Imunisasi tambahan.
4.   Bagi Peneliti selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk memakai karya ilmiah ini sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam seperti yang bersifas analitik.