Senin, 14 November 2011

diare

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya ( Jitowiyono, 2010 : 107 ).
Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya, dan dari 1 sampai 5 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh karena foodborn infections dan waterborn infections. Diare infeksi di negara berkembang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya, mengalami serangan diare 3 kali setiap tahunnya (diare akut). (http://addy1571.files.wordpress.com/2009/08)
Di negara berkembang, diare masih merupakan penyakit yang sangat sering terjadi, khususnya pada balita. Secara keseluruhan, rata-rata mengalami 3 kali episode diare per tahun. Bahkan di beberapa daerah dapat lebih dari 9 kali per tahun. Jadi tidak mengherankan bila masyarakat sudah sangat mengenal penyakit ini. (http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid=74)
Menurut data WHO, diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh Indonesia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita no 2 setelah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Sementara UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare       (Septi, 2011 : 200 - 201)
Angka kejadian diare di Indonesia menurut survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200 - 374per penduduk. Sedangkan pada balita, setiap balita rata-rata menderita diare satu sampai dua kali dalam setahun, sehingga tingkat kematian akibat diare pun masih cukup tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23/100 ribu penduduk dan pada balita 75/100  ribu balita. Jumlah kasus diare sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Penyebab utamanya adalah disebabkan karena rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan prilaku hidup tidak bersih. (http://m.kapanlagi.com/h/0000153644-2.html)
Menurut Depkes RI tahun 2005, Provinsi Sumatera Utara mencatat penderita diare pada tahun 2005 sebanyak 168.072 orang. Dua Kabupuaten / Kota dinyatakan angka   kejadian diare luar biasa, yaitu pada tahun I data  2005 dengan 926 kasus, dan angka kematian 25 orang termasuk di Kota Sibolga. Penderita terbanyak pada tahun 2005 terdapat di Kota Medan dengan jumlah 38.012 orang.
Menurut Dinkes Sibolga tahun 2007-2008, Sibolga merupakan daerah yang rentan terserang penyakit menular antar lain diare. Dinas kesehatan kota Sibolga mencatat sebanyak 212 pasien diare selama tahun 2007. Pada tahun 2008 jumlah pasien diare pada balita 167 orang dan tahun 2009 pada bulan januari sampai maret jumlah pasien diare pada balita berjumlah 62 orang. Data tersebut berdasarkan pendataan di RSU. dr. F.L.Tobing sibolga dan puskesmas yang menyebar di kota Sibolga. (http://addy1571.files.wordpress.com/2009/08).
Berdasarkan hasil Medical Record di Rumah Sakit Umum Kabanjahe priode tahun 2008-2009 angka kejadian diare pada balita mempunyai persentase paling tinggi, 106-207 anak yang terkena diare.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Bagaimana Gambaran kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
Perumusan  Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana Gambaran kasus Diare di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengatahui Gambaran Kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
Tujuan Khusus
Untuk mengeahui  Gambaran Kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010 berdasarkan umur.
Untuk mengeahui  Gambaran Kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010 berdasarkan tingkat dehidrasi.

Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai Kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
  Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi di Perpustakaan Akper Takasima Kabanjahe dan bahan bacaan dalam penelitian yang akan datang khususnya tentang diare pada balita.
  Bagi tempat penelitian.
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai Gambaran kasus  Diare Pada  Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
Bagi peneliti berikutnya
Sebagai bahan acuan  bagi penelitian berikutnya mengenai Gambaran kasus Diare Pada Balita dengan lebih baik dan optimal.
















BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.  Definisi
            Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,ditandai dengan peningkatan volume, keencaran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (A. Aziz, 2006 : 12).
           Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar terus menerus dan feses yang masih memiliki kandungan air yang berlebihan (Septi, 2011 : 199).
B. Macam Diare
           Menurut pedoman dari Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Erlangga (1994), diare dapat dikelompokkan menjadi :
Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3 –     5 hari.
Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Sedangkan menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan  menjadi :
Diare akut, terbagi atas : diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi ringan / sedang, dehidrasi dengan tanpa dehidrasi.
Diare persisten bila diare berlangsung 1 hari atau lebih, terbagi atas : diare persisten dengan dehidrasi dan diare persisten tanpa dehidrasi.
Disentri apabila diare berlangsung disertai denagn darah
(Nursalam, 2005 : 169)   
C.  Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan, tetapi yang paling banyak ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan.Penyebab diare dapat digolongkan menjadi 4 golongan, antara lain:
1.   Infeksi
Infeksi enteral, yaitu diare yang terjadi karena adanya infeksi         saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Kuman penyebab infeksi meliput :
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Yersinia,
                        Campilobacter, Aeromonas.    
Infeksivirus      : Enterovirus (Coxsackie, Poliomyelitis, virus
                                ECHO),
                Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
Infeksiparasit   : Protozoa (entamoebahistolitica, Trichomonashmnis,
                                          Giardialambia), Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxuris,
                                           Strongyloides), Jamur (candida Albicans).
Infeksi parenteral, yaitu diare karena infeksi dibagian tubuh lain diluar  
       saluran pencernaan, antara lain broncopnemonia, tonsilofaringitis, otitis
       media akut, dan ensefalitis. Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dan
          anak dibawah umur 2 tahun.

Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat. Karbohidrat yang dapat menyebabkan     malabsorbsi berasal dari golongan :
 Disakarida (meliputi intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa);
 Monosakarida (meliputi intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Malabsorbsi pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering karena intoleransi laktosa.
b.  Malabsorbsi lemak.
c.  Malabsorbsi protein.
3.  Makanan , yaitu diare yang disebabkan oleh karena mengkomsumsi           makanan yang sudah basi, makanan beracun, dan alergi terhadap jenis        makanan tertentu.
4.   Psikologis, yaitu diare yang menyebabkan oleh karena munculnya perasaan takut dan cemas. Diare karena faktor psikologis ini kejadiannya relative jarang, dan menyerang pada anak yang lebih besar (Yuliasti, 2010 : 31-33).








D.   Anatomi Sistem Pencernaan



Gambar : Sistem Pencernaan Manusia




Susunan Saluran Pencernaan :
Mulut (oris)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian:
Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, dan pipi.
mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring.
Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan didalam faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit  dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
 Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya + 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.
Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster.
Fungsi lambung adalah menerima makanan dari esofagus melalui orifisum kardiak dan bekerja sebagai penimbun sederhana, sedangkan kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung.



 Usus halus (intestinum minor)
Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal  pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya + 6 m, terdiri dari :
- Deudenum yang disebut usus 12 jari
- Yeyenum
- Ileum
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung.
Usus besar (intestinum mayor)
Fungsi usus besar terdiri dari :
Menyerap air dari makanan
 Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feces
Usus besar terdiri dari :
Seikum
Kolon asendens
Kolon tranversum
Kolon desendens
Kolon sigmoid
Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.


Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luas  (Syaifuddin, 1997 : 75).
E.   Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah :
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh menyebabakan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toxin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dengan elektrolit kedalam rongga usus dan akhirnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan molititas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kurangnya kesempatan usus untuk menyerap mkanan sehingga timbul diare. Tetapi apa bila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga
(Sudarti, &, Endang, 2010 : 78 – 79).
  F.   Patofisiologi
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
Hipoglikemia
Gangguan sirkulasi darah
(Ngastiyah, 2005 : 225).
    G.   Gejala Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala diare berupa perubahan bentuk dan konsistensi tinja, melembek sampai mencair serta bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, yaitu : berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dn ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering (Yuliasti, 2010 : 33-34)
H. Penularannya
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan kotor.
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apa lagi pada bayi sering memasukkan tangan atau apa pun ke dalam mulut.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air sampai mendidih.
Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan feses anak yang terinfeksi (Septi, 2011 : 203).
I. Komplikasi
Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi :
Dehidrasi ringan apabila  <5% BB.
Dehidrasi sedang apabila <5% BB-10% BB.
Dehidrasi berat apabila <10% BB-15% BB.
Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah.
Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah materismus, hipotoni otot
            lemah, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan Elektrokardiogram
Hipoglikemi
Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa dan kerusakan vili mukosa usus.
Kejang
Malnutrisi energy protein (selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan) (Sudarti & Endang, 2010)
J. Pencegahan
Terus memberikan ASI kepada bayi selama empat bulan   pertama. Dengan ASI, tubuh bayi akan membentuk antibody untuk        memperbaiki saluran pencernaannya dan menaahan laju diare.
Jika kita mulai memberi makanan baru atau makanan padat pada bayi, mulailah dengan sedikit demi sedikit dan melumatkan terlebih dahulu makanan tersebut. Ini dimaksudkan untuk memberikan waktu  adaptasi bagi perut si bayi untuk mencerna makanan.
Jagalah agar kondisi bayi selalu bersih dan berada di tempat yang sehat.
Mencegah agar anak tidak memasukkan barang-barang kotor kedalam mulutnya. 
Jangan memberikan obat-obatan yang tidak diperlukan pada oleh bayi (Septi, 2011 : 204-205).
K. Masalah – Masalah Yang Timbul Akibat Diare
              Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah, resiko terjadi gangguan   
      sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa  
      aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
Resiko terjadi  gangguan sirkulasi darah
Diare menyebabakan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien menderita dehidrasi dan jika tidak segera diatasi menyebabkan terjadinya dehidrasi asiodosis, bila masih berlanjut akan terjadi asiodosis metabolik, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika, pasien juga menderita muntah – muntah atau diare lama, keadan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga, penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi. Pasien yang sering menderita diare atau menderita diare kronis, seperti pasien malabsorbsi akhirnya dapat menderita MEP kalau tidak mendapatkan penanganan yang baik. Untuk mencegah kurangnya masukan nurtisi dan membantu menaikkan daya tahan tubuh, pasien diare harus segera diberi makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin, tetapi tidak menimbulkan diare kembali. Bayi yang masih minum ASI selama diare walaupun bayi tersebut dirawat dan dipasang infuse setelah keadaan tidak terlalu lama, ASI harus diberikan terus. Jika bayi tidak minum ASI diberikan susu yang cocok.
Resiko terjadi komplikasi
Komplikasi pada pasien diare yang paling sering ialah dehidrasi asidosis.
Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita diare akan merasakan gangguan rasa aman dan nyaman. Karena sering buang air sehingga melelahkan, apalagi pada pasien kolera yang defekasinya terus menerus disertai muntah. Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat diatas eltor bed, yaitu tempat tidur dari terpal yang dilubangi  ditengahnya dan dibawahnya ditempatkan ember penampung kotoran. Didalam ember tesebut diisi dengan desinfektan. Selain kelelahan juga adanya rasa tak enak diperut serta kurang istirahat karena sering buang air besar.
Kurang pengetahuan orang tua terhadap penyakit
Penyebab diare telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun parental serta faktor lain. Tetapi mengingat ada beberapa faktor risiko yang ikit berperan dalam timbulnya diare yang kebanyakan karena kurangnya pengetahuan orang tua maka penyuluhan perlu diberikan
(Ngastiyah, 2005 : 230 – 233)
L . Pengobatan
Pemberian cairan
Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCOҙ, KCl dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. Pada anak dengan umur dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang kadar natrium 50-60 mEq/L. Formula mlengkap sering disebut oralit.
Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)
hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan Sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula,untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa kerumah sakait/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
Cairan Parental
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien,misalnya untuk bayi atau pasien MEP. Tetapi kesemuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari berat/ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Untuk anak balita dibawah satu tahun dan anak diatas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg maka jenis makanannya :
Susu (Asi atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya).
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim),   bila anak tidak mau minum susu karena di rumah  tidak bisaa.
Susu khusus yang di sesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak  yang bersifat sedang atau tidak jenuh.
Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang
              melalui tinja atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung 
              elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung
beras dan sebagainya).
Obat anti sekresi
Asetosal  dosisnya 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg/kg BB /hari.
 Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverin, ekstrak baladona, opium loperamid tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi.
 Antibiotik
Pada umumya anti biotik tidak diperlukan untuk mengobati diare akut
Kecuali jika penyebabnya jelas seperti: Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari
(Ngastiyah, 2005:228-230).  

M. Tingkat dehidrasi

No    Tanda dan Gejala    Dehidrasi Ringan    Dehidrasi Sedang    Dehidrasoi Berat      
1    Keadaan umum    Sadar, gelisah, haus    Gelisah, rewel, mengantuk    Mengantuk, lemas, anggota gerak dingin, berkeringat kebiruan, mungkin koma/ tidak sadar      
2    Denyut nadi    Normal ± 120/ menit    Cepat  dan lemah 120-140/menit    Cepat, haus, kadang-kadang tidak teraba, ± 140/menit
      
3    Pernapasan    Normal    Dalam, mungkin cepat    Dalam dan cepat      
4    Ubun-ubun besar    Normal    Cekung    Sangat cekung      
5    Kelopak mata    Normal    Cekung    Sangat cekung      
6    Air mata    Ada    Tidak ada    Sangat kering      
7    Selaput lendir    Lembab    Kering    Sangat kering      
8    Elastisitas kulit    Pada pencubitan kulit secara elastis kembali secara normal    Lambat    Sangat lambat ( lebih dari 2 detik )      
9    Air seni warna tua    Normal    Berkurang    Tidak kencing   

( Ronald, 2008 : 87-89 ).







BAB III
METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang gambaran kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010 sebagai berikut:
        Variable Independen                            Variable Dependen
Diare Pada Balita
Umur
Tingkat Dehidrasi


       
Defenisi Operasional
Adapun yang menjadi defenisi operasional  dari penellitian ini adalah :
Umur
Adalah rentan waktu anak yang terhitung sejak lahir sampai saat terjadinya diare, adalah umur 1-5 tahun.
Tingkat Dehidrasi
Adalah hilangnya cairan yang terpenting dalm tubuh yang disebabkan aoleh diare yaitu :
Tanpa dehidarasi
Tingkat dehidrasi ringan /  sedang
Tingakat dehidrasi berat
Jenis Penelitian
Jenis  penelitian  ini deskriptif, yaitu mengetahui Gambaran Kasus Diare Pada Balita di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dari Tanggal … s/d … Juni 2011
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang datang ke rumah sakit umum kabanjahe  sebanyak…… orang.
Sampel
Sampel dalam penelitian adalah total / sebagian  populasi yaitu ….. orang.
Metode Pengumpulan Data
Data yang di kumpulkan merupakan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari catatan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2010.

Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Teknik Pengolahan Data
Editing (Pengeditan)
Memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data, dan keseragaman data.
Koding (Pengkodean)
Setelah editing selesai dilakukan, langkah selanjutnya yang ditempuh adalah melakukan pengkodean data (kode). 
Tabulating (Pentabulatian)
Setelah editing dan koding selesai dilakukan, langakah selanjutnya ditempuh ialah mengelompokkan data tersebut ke dalam satu lebel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian.
2.  Analisis Data
Analisa data yang diambil dalam penelitian ini adalah teknik analisa data univariat, yakni mengelompokkan data tersebut kedalam satu tabel yang dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase darii variabel indevenden yaitu usia dan tingkat dehidarssi serta membandingkannya dengan teori dan kepustakaan yang ada.

1 komentar:

  1. Play online slots at Lucky Club Casino UK
    Lucky Club casino offers a great selection of classic slots and some bonus games, including luckyclub progressive jackpots. Play for free at Lucky Club, just 30 mins

    BalasHapus